Kakawin Bhomakawya mengisahkan tantang peperangan antara Prabu Krena dengan sang Bhoma.
Ringkasan Cerita :
Pada suatu hari Prabu Kresna telah kedatangan resi Narada yang meminta tolong kepada beliau untuk memusnahkan raksasa balatentara Prabu Bhoma, yang mengepung keinderaan. Kemudian sang Sambalah yang dititahkan untuk pergi menumpas dengan disertai beberapa balatentara. Sampai di kaki gunung himalaya, bertempurlah mereka dan raksasa raksaa musnah semua.
Syahdan ada sebuah pertapaan yang sudah kosong dan rusak. Sang Samba menanyakan riwayat pertapaan itu pada dahulu kalanya. Pertanyaan itu ditunjukkan kepada seorang yang bernama Putut Gunadewa,jejanggan murid bagawan wismamitra. Sang Gunadewa lalu memberi jawaban bahwa tempat tersebut merupakan tempat pertapaan Sang dharmadewa, putera Bhatara Wisnu. Sesudah sang Dharmadewa wafat, permaisurinya yang bernama sang Yadnyawati melanjutkan tapa disitu. Tetapi tak lama kemudian ia mati. Maka terlintaslah dalam ingatan sang Samba, bahwa dahulu kala sang Dharmadewa itu. Ia rindu dnegan sang Yadnyawati permaisurinya dulu. Sementara sang samba itu nanar, datanglah bidadari Tilottama, mengatakan : bahwa sang Yadnyawati sudah menitis menjadi puteri raja di utara nagara dan masih tetap bernama sang Yadnyawati. Tetapi ayah ibunya sudah meninggal dunia, karena tiba tiba diserang raja raksasa yang bernama Bhoma.
Lalu sang samba diantarkan sang Tilottama pergi ke tempat sang Yadyawati secara diam diam. Di istana bersualah ia dengan sang Puteri. Setelah ketahuan, maka terjadilah peperangan lagi. Raksasa raksasa melarikan diri. Akan tetapi di tengah keributan itu sang Bhoma pun ikuut datang dan sang Yadnyawati dibawa pergi ke istananya yang lain , yaitu Prajotisa.
Setelah kembali di istananya, sang Samba kehilangan sang Yadwati. Ia sangat marah sekali, tak berapa lama kemudian datanglah sang Narada dan dia menganjurkan, supaya sang Samba kembali ke Dwarawati, karena tempat tersebut sangat berbahaya.
Sang Sambapun pulang , terus jatuh sakit. Pada saat itu tampillah prabu Kresna. Ia menerima laporan , bahwa puteranya sakit, namun ia tetap tenang saja. Tak lama kemudian datang seorang dewa minta tolong, karena prabu Bhoma sudah semakin maju dalam usahanya untuk merampas keinderaan . prabu Kresna lalu berangkat ke Medan perang.
Sang Bhoma akhirnya kalah. Ia tewas dan mayatnya jatuh kedalam lalut. Akhirnya sang Samba dapat berjumpa kembali dengan sang Yadnyawati ( Prof. Dr. RM. Poerbatjaraka, Kepustakaan Jawa, hal 22 – 24 ).
Didalam kakawin Bhomakawya ini terdiri dari 118 pupuh yang dapat kita pisah kan menjadi 2 bagian :
Bagain I : sebanyak 50 ppupuh memuat cerita Saman dengan Yadnyawati.
Bagian II : sebanyak 68 pupuh memuat cerita Kresna mengalahkan Bhoma. Titik rantainya cerita ini terletak pada tokoh Yadnyawati, ia adalah puteri raja utara negara yang dikalahkan oleh Bhoma, kemudian puteri ini diboyongnya. Semula Yadnyawati itu bidadari sorga, isteri Dharmadewa, puteri Wisnu yang kemudian menjelma kedalam diri Samba.
-
SUGENG RAWUH
SUGENG RAWUH DUMATHENG SEDHEREK SEDANTEN..
Kakawin ini diterbitkan oleh J. G. H Gunning pada tahun 1903. cara penerbitannya dicetak dengan huruf jawa baru dengan beberapa perubahan karena penyesuaian penulisan ejaan.penertibatan naskah ini didasarkan pada beberapa naskah, diantaranya yang telah diperiksa Raffles pada tahun 1817 seperti yang disebutkan dalam karangan nya : Histori of Java yang terbit pada tahun 1830.
Kakawin Barathayudha ini pernah diterjemahkan dan dimuat dalam majalah Djawa no 14 tahun 1934, sebagai hasil karya Prof RM.NG. Poerbacaraka bersama Dr. C Hooykaas.
RINGKASAN CERITA :
Pada hakikatnya isi cerita kakaein Barathayudha ini menceritakan tentang peperangan antara keluarga pandawa melaean keluarga kurawa. Sebenarnya kedua duanya ( pandawa dan kurawa ) adalah satu keluarga yaitu keluarga Bharata, maka peperangan diantara mereka itu dinamakan perang Bharatayudha. Dua keluarga tersebut dikatakan “ keluarga Bharata” karena berdasarkan pada garis keturunan sampai pada Bhisma yang menjadi Brahmacarin.
Sumber cerita Bharatayuudha ini kemungkinan besar tidak langsung dari sloka Mahabarta Sansekerta. , tetapi kemungkinan besar justru mengambil dari kitab kitab parwa dalam bahasa Jawa Kuna sebelumnya, salinan yang berbahasa prosa dari Jaman Dharmawangsa Teguh. Mahabharata terkenal pula dengan nama Astadasaparwa. Oleh karena kitab itu terbagi atas 18 parwa.
Adapun isi kakawin Bharatayudha ada hubunganya dengan kitab kita parwa yang diambil sebagai sumbernya adalah sebagai berikut :
Pupuh 1 – 8 : dimulai dengan cerita kunjungan Kresna kepada Kurawa di hastina untuk mengadakan perundingan ;kemungkinan ada perdamaian atau terpaksa berperang, cerita ini dapat kita cari sumbernya di dalam Udyogaparwa.
Pupuh 9 : melukiskan persiapan perang .
Pupuh 10 : penggangkatan Bhisma menjadi panglima Kurawa yang pertama. Didalam pupuh ini terdapat 1 bait lukisan tentang saran Kresna terhadap rasa terharunya Arjuna ini biasanya dihubungkan dengan Bhagawagita. Kemudian dilanjutkan dengan lukisan pertempuran yang pertama tama.
Pupuh 11 – 12 : cerita tentang Bhisma jatuh terbaring di medan perang terkena anak panah Srikandi.
Pupuh 13 cerita tentang gugurnya Abhimanyu , diteruskan dengan lukisan berkabungnya para Pandawa.
Pupuh 9 -13 : ini isinya dapat dikembalikan kepada isi Bhismaparwa, meskipun banyak cerita dari Bhismaparwa tersebut tidak terdapat dalam pupuh pupuh tersebut.
Pupuh 14 : ratap tangis keluarga pandawa karena gugurnya Abhianyu
Pupuh 15 – 17 : lukisan tentang gugurnya Bhurisrawa
Pupuh 18 : perkelahian antara Karna dengan Ghatotkaca
Pupuh 19 : Ghatitkkaca gugur
Pupuh 20 : cerita gugurnya Drona oleh Dhrstadyuma, setelahh diipu Kresna bahwa Aswattama mati , padahal yang bernama Aswattama itu seekor gajah , oleh Drona dikira anaknya.
Dari pupuh 14 – 20 ini isi ceritanya dapat dikembalikan kepada Dronaparwa.
Pupuh 21 : pelantikkan Karna menjadi senopati
Pupuh 22 : pandawa berkabung atas gugurnya Drona
Pupuh 23 : pandawa mengunjungi Bhisma
Pupuh 24 : Bhisma menghibur Pandawa dengan nasihat nasihat
Pupuh 25 : Salya menjadi sais Karna
Pupuh 26 – 29 : lukisan tentang keberanian Karna
Pupuh 30 : lukisan peperangan Karna melawan Arjuna
Pupuh 31 : Karna gugur
Pupuh 32, 33 : kurawa berkabung atau gugurnya Karna.
Dari pupuh 21 – 33 ini isinya dapat diruntu kembali dalam Karnaparwa.
Dalam Karnaparwa
Pupuh 34 – 36 : Salya dilantik senapati
Puuh 37 – 39 : lukisan romantisme Salya Satyawati
Pupuh 40 : Salya berangkat ke medan perang
Pupuh 41 : lukisan di peperangan
Pupuh 42 : Salya gugur setelah berhadapan dengan Yudhistira.
Pupuh 43 : peperangan Sakuni melawan Bhima
Pupuh 44 , 45 : ratap tangis Satyawati mencari Salya di medan perang
Pupuh 46 – 48 : lukisan pertempuran Bhima melawan Duryudhana
Pupuh 49 : Duryodhana gugur
Dari pupuh 34 – 49 ini isinya sejalan dengan Salyaparwa
Pupuh 50 : cerita ketika para pandawa berziarah ke petirtaan – petirtaan. Pada saat ini para keluarga Pandawa yang tinggal di pesanggrahan dibunuh oleh Aswattama yang mengamuk di waktu malam hari.
Pupuh 51 : Aswattama gugur
Kedua pupuh ini ( 50 , 51 ) isiya sejalan dengan Sauptikaparwa.
Pupuh 52 : merupakan pupuh tersendiri , karena ada hubungannya dnegan Bhatara Haji Jayabhaya.
Dengan demikian dari sejumlah 18 parwa ” Astadasaparwa ” yang dipergunakan sebagai sumber kakawin Bharatayudha hanyalah 6 parwa, ialah : 1 ) udyogaparwa 2 ) Bhismaparwa 3 ) Dronaparwa 4 ) Karnaparwa 5) Salyaparwa dan 6) Suptikaparwa.
Penulis dan masa Penulisannya
Kitab kakawin Bharatayudda ini ditulis oleh 2 orang Mpu yaitu : Mpu Sedah dan Mpu Panuluh. Bagian pada permulaan sampai pada munculnya Prabu Salya ke medan perang adalah karya Mpu Sedah, sedangkan lanjutanya Mpu Panuluh.
Kitab Ini ditulis pada jaman pemerintahan Prabu Jayabaya di Kadiri dengan ciri tahun ” sanga kuda suddha candrama ” = 1079 saka atau 1157 M
.
( dikutip dari buku Sejarah Sastra Jawa karya Dra. Endang Siti Saparinah dan Dra. Sundari )
Penulis Kakawin Smaradahana adalah Mpu Dharmaja. Pada masa Raja Sri Kameswara, sekitar tahun 1183 – 1185 M di Kadiri.
Diterbitkan olah R.M.Ng. Poerbatjaraka
Dimuat dalam Bibliootheca Javanice III, Bandung 1931 dengan disertai terjemahan dan catatan catatan
Dasar penerbitannya menggunakan 3 macam naskah turunan, sebuah berangka tahun 1830 Saka, sebuah lagi lebih tua, berangka tahun 1830 Saka, sebuah lagi lebih tua, berangka tahun Saka 1813 dan yang lain lagi tanpa kolophon.
RINGAKSAN CERITA.
Ringkasan cerita KAKAWIN SMARADAHANA dapat juga dibaca dalam kitab Prof. Poerbotjaraka, Kepustakaan Jawa ( hal. 20 -21 ) yang dapat diikhtisarkan sebagai berikut :
Ketika Bhatara Siwa sedang bertapa, Kedewaan diserang raja raksasa yang bernama Nilarudraka. Untuk menghentikan tapa Siwa, maka diutuslah Bhara Kamajaya untuk mengganggu tapa Siwa tersebut dengan panah Pancawisaya, akhirnya tapa Siwa terganggu dan Siwa pun marah terhadap bathara Kama. Kemudian Bhatara Kama dipandang dengan mata ketiga yang terletak di dahi bathara Siwa, lalu musnah terbakarlah bathara kama. Setelah mendengar bahwa bathara kama musna oleh bathara siwa maka bathari Ratih membela suaminya. Dan ikut terbakarlah bathari Ratih. Para dewa memintaka maaf, tetapi bathara Siwa malah memutuskan untuk menitiskan bathara Kama dalam tiap tiap orang laki laki dan bathari Ratih dalam tiap tiap ornag perempuan. Setiba bathara Siwa di surga bertemu dengan istrinya Dewi Uma, mereka saling melepas rindu dan akhirnya Dewi Uma mengandung dan melahirkan putera laki laki berkepalla gajah yang diberi nama Ganesa. Ganesa inilah yang bisa membinasakan raja raksasa Nilarudraka yang menyerang kedewaan,berikut balatentaranya.
Pada bagian akhir naskah Samadahana ini mulai pupuh 38, disebutkan raja raja Jawa ( raja Daha da Jenggala ) ini merupakan penjelmaan bathara Kama dan Bathari ratih.
Kakawin adalah puisi Jawa Kuna. Arti kakawin itu berasal dari kata Ka + kawi + en yang mempunyai arti penyair. Kakawin sendiri dapat diartikan sebagai sair.
Kitab yang membeberkan tentang kakawin dikenal dengan sebutan Wrettasancaya. Kitab Wrettasancaya ini diterbitkan oleh H Kern pada taun 1875 dengan huruf Jawa beserta pertalannya dalam bahasa belanda. Kitab ini juga diterbitkan kembali dengan huruf latin yang telah dimuat dalam Verspreide Geschriften, Jilid IX , hal 67.
Didalam kitab Wrettasancaya terdapat contoh contoh nama kakawin selain Kitab Wrettasancaya ada juga kita Jawa Kuna yang mengutarakan kakawin diantaranya : Cantakaparwa, Candraksara dan Candawargaksara.
Dalam arti las kakawin dapat diartikan sebagai puisi Jawa Kuna ynag menggunakan metrum birama ” kavya” puisi kesusastraan India.
Menurut C.C Berg dalam bukunya yang berjudul : Indleding tet de studia van Oud Javaabsch, 1928, menyatakan bahwa kakawin Jawa Kuna ternyata banyak kesamaannya dengan Kavya, pusisi kesusatraan India dalam bahasa Sansekerta.
Ciri ciri Kakawin :
Satu bait terdiri dari 4 baris
Jumlah suku kata tiap baris sama
Tiap tiap bait terikat guru ( berat ) dan laghu ( ringan ). Guru dengan tanda ( - ) dan laghu dengan tanda ( )
Suku kata yang termasuk berat , yaitu :
Suku kata yang memeang bersuara berat , misal : bhu
Suku kata yang bersuara : e, o
Suku kata tertutup : sang, sih
Suku kata pendek , tetapi terletak dimuka suku kata rangkap misalnya : mitra ( - ) , sira prabhu ( - )
Suku kata akhir baris, walaupun pendek , dapat dianggap panjang atau bebas, maka dari itu suku kata pada akhir baris selalu dibari tanda -.
Hasil Karya Satra jawa Kuno dalam bentuk Kakawin :
Ramayana Kunjarakarna , berbentuk Kakawin Prosa / Kakawin yang menceritakan tentang Cerita Rama dan Sinta Kunjarakarna diruwat.
Arjunawiwaha karya Mpu Kanwa berbentuk Kakawin yang menceritakan tentang Arjuna Bertapa di Indrakila.
Kresnayana karya Mpu Triguna berbentuk Kakawin,yang menceritakan tentang Perkawinan Kresna dan Rukmi.
Sumanasantaka karya Mpu Manoguna ,berbentuk Kakawin yang menceritakan tentang lahirnya Dasarata.
Smaradana karya Mpu Dharmaja ,berbentuk Kakawin yang menceritakan tentang Kamajaya dan Ratih menjelma
Bhomakawya karya Mpu dharmaja , berbentuk Kakawin menceritakan tentang meninggalnya Boma
Bharatayuda Karya Mpu Panulu , Berbentuk Kakawin yang menceriakan tentang Perang keturunan Barata
Hariwangsa karya Mpu Panuluh ,berbentuk Kakawin yang menceritakan Perkawinan Kresna dan Rukmini
Gatotkacaraya berbentuk Kakawin yang menceritakan tentang Perkawinan Abhimayu dengan Siti Sundari
Wrtasancaya karya Mpu Tanakung ,berbentuk Kakawin yang menceritakan tentang Pengetahuan Kakawin
Lubdhaka karya Mpu Tanakung ,berbentuk Kakawin yang menceritakan tentang Pemburu bisa naik surga
Brahmandapurana berbentuk Kakawin yang menceritakan tentang Agama siwa
Kunjarakarna berbentuk Kakawin menceritakan tentang Cerita kunjarakarna diruwat
Nagarakrtagama berbentuk Kakawin yang menceritakan tentang Cerita raja Majapahit
Arjunawijaya karya Mpu Tantular yang menceritakan Kakawin Arjunasahasra melawan Dasamuka
Sutasoma karya Mpu Tantular berbentuk Kakawin yang menceritakan tentang Cerita Sutasoma
Parthayajna berbentuk Kakawin yang menceritakan tentang Arjuna hendak bertapa
Nitisastra berbentuk Kakawin yang menceritakan tentang Ilmu Kesempurnaan
Dharmasunya berbentuk Kakawin yang menceritakan tentang Mistik
Harisraya berbentuk Kakawin yang menceritakan tentang Wisnu membantu dewa Indra
Sastra jawa di awal timbulnya tampak sekali dipengaruhi oleh kesusastraan Hindu di India, sebab selama lebih sepuluh abad, sekurang kurangnya dari abad 5 sampai dengan abad 15, “Indonesia termasuk dalam Indianzed States”, yakni negara negara yang terpengaruh peradaban dan Agama dari India.
Pengaruh India tersebut tampak pada hasil kesusastraan jawa yang meliputi karya abad 8 sampai dengan abad 15.,atau yang meliputi masa semenjak pemerintahan Raja Sindok tahun ± 930, sampai jatuhnya Kediri ( 1222 ) dan jaman Singosari – Majapahit ( abad 13 – akhir abad 15 ).
Ciri ciri yang nampak bahwa adanya pengaruh Sastra India tersebut , antara lain :
1. Karya Sastra Jawa Kuno ditulis dengan ,menggunakan bahasa Sansekerta.
2. Didalam karya karya sastra jawa Kuno itu tercermin paham agama hindu dan Budha.
3. Pola cerita dalam karya Sastra Jawa Kuno, bersumber dari cerita cerita India ( terutama bersumber pada Ramayana dan Mahabarata. )
4. Jenis sastra yang mula mula berkembang tampak mempunyai pola konvensi Sastra Sansekerta, yaitu berpedoman pada metrum karya india.
Karya sastra india yang biasanya dipakai sumber dalam penulisan cerita dalam sastra Jawa Kuno adalah :
1. Mahabarta atau Astadasaparwa karangan Wyasu ( Byosa )
2. Rawamavadha karangan Bhaktikavya
3. Panca Tantular
4. Hariwangsa
5. Rangkuwangsa karangan Kalidasa dan sebagainya.
Biasanya karya karya sastra diatas digubah menjadi kakawin atau prosa.
Contoh :
1. Mahabarata yang asal mulanya berupa sloka digubah menjadi prosa yang pada karya aslinya terdiri dari 18 parwa, yang dapat ditemui dalam versi Jawa Kuno hanya 9 parwa saja yaitu : Adiparwa, sobhaparwa, Wirataparwa , Bhimaparwa , Astramawasaparwa, Mosalaparwa, Prostanikaparwa dan Swarga Robanaparwa.
2. Ravanavadha, sebagian besar digubah menjadi Ramayana kakawin
3. Pancatantra, biasanya dipakai sebagai seumber penulisan , Tantri kamandaka, yang isinya tentang ceita / dongeng hewan.
4. Raghuwangsa , karangan pujangga Kalidosa, juga diambil sebagai sumber cerita Sumana samatika kakawin.
KARYA SASTRA JAWA KUNO GOLONGAN MUDA DIANTARANYA ADALAH :
1. Wanaparwa, dipakai sebagai sumber penulisan , Arjuna Wiwaha karya Mpu Kanwa.
2. Udjaguparwa, Bhismapariwa, Dranaparwa, Karna parwa dipakai sebagai sumber penulisan Bharata Yudha gubahan mpu Sedah dan Panuluh.
3. Wirataparwa, khusus episode Abhimanyu Utari, dipakai sumber penulisan Ghatotkaca Sraya kakawin, gubahan mpu panuluh
4. Uttharakandha, sebagian juga diambil sumber penulisan Arjuna Wiwaha Kakawin , karya mpu Kanwa.
Dalam penelitian kualitatif , dikenal dua jenis penelitian yaitu penelitian dasar ( basic research ) dan penelitian terapan ( applied reseach).
Penelitian dasar pada umumnya disebut dengan penelitian murni yang bertujuan untuk pemahaman terhadap suatu masalah yang mengerah pada manfaat teoritik , bukan manfaat praktis.
Penelitian terapan adalah penelitian yang bertujuan tidak hanya untuk memahami masalahnya, tetapi secara khusus juga mengarah pada pengembangan cara pemecahan masalah dengan tindakan untuk tujuan praktis.
Pada tataran lebih lanjut dalam penelitian kualitatif dikenal tiga macam jenis penelitian terapan yaitu :
1.Studi Evaluasi
Pada umumnya digunakan dengan tujuan untuk mengetahui efektifivitas pencapaian tujuan, hasil, atau dampak suatu program dan proses pelaksanaan kebijakan yang telah direncanakan dan dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu.
Berdasarkan waktu pelaksanaan dan tujuanya, penelitian evaluasi dibedakan menjadi dua macam , yaitu:
1. Penelitian Evaluasi formatif ( formative evaluation reseach )
dilakukan pada waktu program masih berjalan , dengan tujuan untuk memperbaiki dan mengembangkan pelaksanaannya lebih lanjut.
2. Penelitian Evaluasi Sumatif ( Summative evaluation researsch )
dilakukan pada masa akhir pelaksanaan program untuk menentukan efektifitas pencapaian tujuan program sebagai hasil akhir pelaksanaan suatu kebijakan.
Ciri ciri Studi Evaluasi sebagai sebuah strategi penelitian :
a. Mampu menengkap proses dan makna dari setiap peristiwa yang dinamis, terjadi dan berkembang.
b. Rumusan hasil dari studi evaluasi lebih mudah diterjemahkan ke dalam tindakan kebijakan.
c. Tekanan fokusnya tertuju pada beragam data menegani kualitas dengan kedalaman deskripsi, khususnya mengenai proses dan makna.
2. Penelitian Kebijakan
Penelitian ini dibedakan menjadi 2 macam yaitu penelitian pengembangan kebijakan dan studi kelayakan.
Penelitian Pengembangan adalah jenis penelitian yang dilakukan sebelum kebijakan dibuat atau ditentukan, sehingga hasil penelitian ini mengarah pada jenis kebijakan tertentu yang tepat untuk dikembangkan dan dilaksanakan dilokasi tertentu.
Studi Kelayakan adalah jenis penelitian kebijakan yang dilakukan pada beberapa lokasi untuk mencari dan menentukan lokasi mana yang paling tepat untuk kebijakan tertentu yang sudah dirancang, dan siap untuk dilaksanakan.
3. Penelitian Tindakan ( Action Research )
Penelitian tindakan kuantitatif berbeda tujuannya dengan pnelitian tindakan kualitatif.
Tujuan Penelitian tindakan Kuantatif adalah untuk penemuan model ( meliputi bentuk , struktur, strategi dan proses pendekatan ) tertentu sebagai hasil akhir penelitian yang selanjutnya dilakukan diseminasi dengan penerapkan model tersebut di berbagai tempat sebagai bentuk generalisasi. Oleh karena itu, penelitian tindakan kuantitatif cenderung disebut dengan penelitian pengembangan model ( research and development atau model development research ).
Pada penelitian tindakan kualitatif peneliti tidak berfikir untuk menuju pada kemungkinan generalisasi hasilnya, sebab sifatnya kontekstual atau terikat pada kondisi karakteristik subjeknya. Tujuan akhir dari penelitian tindakan kualitatif ini adalah terbentuknya sikap kemandiriaan dari suatu kelompok atau masyarakat tertentu yang menjadi sasaran pengembangan dalam perjalanan kehidupan selanjutnya.
Penelitian jenis ini sifatnya merupakan proses pembelajaran dan pemberdayaan sasaran dalam menghadapi beragam masalah yang dihadapinya. Atas dasar itulah maka penelitian tindakan kulaitatif ini harus bersifat partisipatif, sedangkan peran peneliti adalah sebagai pendamping dan fasilitator.Karena itulah tindakan kualitatif cenderung disebut dengan penelitian tindakan partisipatif ( participatory action research ).
Adapun tahapanya meliputi :
1. Studi Awal
Kegiatan guna menemukan kebutuhan, atau tahap identifikasi masalah. Disini peneliti berusah untuk mengumpulkan beragaminformasi menegani karakteristik sasarannya untuk merumuskan tujuan program.
2. Tahap Perencanaan program.
Berbekal pada pemahaman konteks, peneliti mulai merumuskan kebutuhan sasaran,dengan melibatkan sasaran melalui diskusi. Setelah Tujuan dirumuskan berdasarkan konteksnya, selanjutnya dirumuskan proses pelaksanaannya untuk mencapai produk yang diharapkan.
3. Tahap persiapan program
Persiapan pelaksanaan program yang telah dirancang, meliputi struktur organisasi program, mekanisme kegiatan , kewenangan dan tanggung jawab setiap posisi pada sasaran.
4. Tahap pelaksanan program
Merupakan pokok dari setiap program pengembangan. Secara keseluruhan tahap ini terdiri dari
FILSAFAT HIDUP
BERDASARKAN AKSARA JAWA
Untuk Melengkapi Tugas Semester V
Mata Kuliah Seminar & Budaya Jawa
Dosen Pengampu : Drs. Djiwandhana WU.,M.Pd.
Oleh :
Aris Prayogo ( 0850900229 )
Catur Widyaningrum ( 0850900241 )
Laili Rahmawati ( 0850900240 )
Lismawati Dewi ( 0750900010)
UNIVERSITAS VETERAN BANGUN NUSANTARA SUKOHARJO
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA DAERAH
Jl.Sujono Humardani /Telp (0271)5915 Sukoharjo 57521
2009/2010
FILSAFAT HIDUP
BERDASARKAN AKSARA JAWA
A. Pendahuluan
Filsafat merupakan dasar pemikiran mengenai cara pandang manusia dalam menanggapi masalah yang dihadapi. Dalam membangun tradisi filsafat, banyak orang mengajukan pertanyaan yang sama , menanggapi, dan meneruskan karya-karya pendahulunya sesuai dengan latar belakang budaya, bahasa, bahkan agama tempat tradisi filsafat itu dibangun. Oleh karena itu, filsafat terbentuk berdasarkan latar belakang budayanya.
Dalam budaya jawa, filsafat terbentuk dari berbagai kultur kebudayaan jawa. Baik dalam bentuk seni pewayangan, tembang macapat, maupun sastra jawa. Filsafat jawa merupakan cerminan orang jawa terhadap sudut pandang mengenai arti hidup yang sebenarnya. Filsafat ini kemudian digunakan orang – orang jawa sebagai pilar atau pokok aturan yang berlaku dalam budaya jawa. Didalam sastra jawa kita mengenal sastra hanacaraka atau yang lebih dikenal dengan aksara jawa.
Hanacaraka atau dikenal dengan nama carakan atau cacarakan (bahasa Sunda) merupakan aksara turunan aksara Brahmi yang pernah digunakan untuk penulisan naskah-naskah berbahasa Jawa, bahasa Madura, bahasa Sunda, bahasa Bali, dan bahasa Sasak. Hanacaraka merupakan salah satu peninggalan yang tak ternilai harganya. Dari segi bentuk aksara dan seni pembuatannya, banyak mengandung arti filosogi bagi kehidupan manusia. Oleh sebab itu aksara jawa merupakan suatu peninggalan yang patut dilestarikan.
Sebagai orang keturunan jawa, maka melalui makalah ini kami akan mengupas makna aksara jawa sebagai filsafah hidup,ini merupakan upaya kami untuk melestarikan ajaran para pendahulu,sebagai balas budi dan darma bakti kami atas ajarannya akan sebuah arti hidup.
B. Pembahasan
Dalam sejarah bahasa jawa menunjukkan ada beberapa aksara yang digunakan. Pertama, adanya bukti prasasti-prasasti berhuruf Dewanagari (berbahasa Sansekerta) dan Pallawa (berbahasa Sansekerta). Kedua, banyaknya naskah atau teks tulisan tangan dengan aksara Kawi, aksara Arab, aksara Jawi (atau bahasa Jawi : adalah nama kuno untuk bahasa Melayu, khususnya yang ditulis dengan huruf Arab (Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 3; 1989:53), dan aksara Hanacaraka (aksara Jawa). Ketiga, penggunaan aksara Latin yang digunakan sampai sekarang. Dengan demikian bahasa Jawa merupakan bahasa yang unggul di bidang kekayaan penggunaan aksara.
Didalam penggunaan semua aksara dalam bahasa jawa itu bersifat silabis kecuali aksara Latin. Silabis adalah sistem penulisan dari aksara tersebut menggunakan satu lambang untuk satu suku katanya. Setiap lambang terdiri dari vokal dan konsonan (Ensiklopedi Nasional Indonesia jilid 1; 1988:186). Di dalam sistem penulisan kedua jenis aksara ini sama-sama mempunyai variasi aksara untuk mencukupi kebutuhan lafal bahasa Jawa, disebut aksara rekan (rekaan), seperti huruf nga (aksara Jawi) dan qa (aksara Jawa). KBBI (2000:21) mengartikan aksara Jawa adalah aksara yang digunakan untuk menuliskan bahasa Jawa, berjumlah 20 huruf, bermula dengan ha dan berakhir dengan nga.
Kalau dicermati, aksara Jawa mempunyai 2 golongan.yaitu huruf dan penanda. Huruf Jawa terdiri dari 57 jumlah bentuk yang terdiri dari aksara legena,aksara pasangan, aksara murda rekan , aksara angka, dan aksara suara.. Sedangkan penanda dalam aksara jawa terdiri dari 28 bentuk yang meli[uti sandangan, mandaswara, wyanjana dan pada. Jadi , ada 85 bentuk dalam sistem penulisan aksara Jawa.
Aksara jawa yang terdiri 20 suku kata terbagi menjadi 4 bagian. Yang tiap bagiannya mempunyai makna yang sebenarnya menyiratkan 4 tingkatan alam kehidupan alam semesta yang tidak terbatas hanya kepada insan manusia diatas bumi ini.
Keempat tingkatan tersebut secara garis besarnya adalah sebagai berikut :
1. ha na ca ra ka bermakna filosofi utusan hidup, berupa nafas yang berkewajiban menyatukan jiwa dengan jasat manusia. Maksudnya ada yang mempercayakan, ada yang dipercaya dan ada yang dipercaya untuk bekerja. Ketiga unsur itu adalah Tuhan, manusia dan kewajiban manusia ( sebagai ciptaan ).
2. da ta sa wa la mempunyai makna manusia setelah diciptakan sampai dengan data ” saatnya ( dipanggil ) ” tidak boleh sawala ” mengelak ” manusia ( dengan segala atributnya ) harus bersedia melaksanakan, menerima dan menjalankan kehendak Tuhan
3. pa dha ja ya nya bermakna menyatunya zat pemberi hidup ( Khalik ) dengan yang diberi hidup ( makhluk ). Maksdunya padha ” sama ” atau sesuai, jumbuh, cocok ” tunggal batin yang tercermin dalam perbuatan berdasarkan keluhuran dan keutamaan. Jaya itu ” menang, unggul ” sungguh-sungguh dan bukan menang-menangan ” sekedar menang ” atau menang tidak sportif.
4. ma ga ba tha nga bermakna menerima segala yang diperintahkan dan yang dilarang oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Maksudnya manusia harus pasrah, sumarah pada garis kodrat, meskipun manusia diberi hak untuk mewiradat, berusaha untuk menanggulanginya.
Setelah kita mengetahui makna perbaris maka akan kita bahas makna perhuruf, makna filosofi per huruf dikemukakan oleh Pakubuwono IX, berikut adalah makna filosofi per huruf:
Ha Hana hurip wening suci – adanya hidup adalah kehendak dari yang Maha Suci
Na Nur candra,gaib candra,warsitaning candara-pengharapan manusia hanya selalu ke sinar Illahi
Ca Cipta wening, cipta mandulu, cipta dadi-satu arah dan tujuan pada Yang Maha Tunggal
Ra Rasaingsun handulusih – rasa cinta sejati muncul dari cinta kasih nurani
Ka Karsaningsun memayuhayuning bawana – hasrat diarahkan untuk kesajetraan alam
Da Dumadining dzat kang tanpa winangenan – menerima hidup apa adanya
Ta Tatas, tutus, titis, titi lan wibawa – mendasar ,totalitas,satu visi, ketelitian dalam memandang hidup
Sa Sifat ingsun handulu sifatullah- membentuk kasih sayang seperti kasih Tuhan
Wa Wujud hana tan kena kinira – ilmu manusia hanya terbatas namun implikasinya bisa tanpa batas
La Lir handaya paseban jati – mengalirkan hidup semata pada tuntunan Illahi
Pa Papan kang tanpa kiblat – Hakekat Allah yang ada disegala arah
Dha Dhuwur wekasane endek wiwitane – Untuk bisa diatas tentu dimulai dari dasar
Ja Jumbuhing kawula lan Gusti -selalu berusaha menyatu -memahami kehendak Nya
Ya Yakin marang samubarang tumindak kang dumadi – yakin atas titah /kodrat Illahi
Nya Nyata tanpa mata, ngerti tanpa diuruki – memahami kodrat kehidupan
Ma Madep mantep manembah mring Ilahi – yakin – mantap dalam menyembah Ilahi
Ga Guru sejati sing muruki – belajar pada guru nurani
Ba Bayu sejati kang andalani – menyelaraskan diri pada gerak alam
Tha Tukul saka niat – sesuatu harus dimulai – tumbuh dari niatan
Nga Ngracut busananing manungso – melepaskan egoisme pribadi -manusia
Sebuah ide cemerlang dalam penyusunan huruf jawa dikemukakan oleh Prof.Dr. Damardjati Supadjar, beliau menyusun susunan huruf huruf yang biasanya seperti pada tulisan diatas menjadi:
ka ma ba tha ra
ga da sa nya ta
na la pa dha nga
ja wa ha ca ya
Susunan huruf Huruf jawa diatas sangat relevan dengan kondisi masyarakat Indonesia pada umunya dan jawa pada khususnya, makna perhuruf tetap sama namun makna perbaris berbeda, berikut adalah makna perbaris susunan diatas
ka ma ba tha ra mempunyai makna filosofi hendaknya wiji/biji/sperma itu jangan di sia siakan dalam arti banyak sekali tempat tempat prostitusi di negeri kita tercinta ini yang semuanya menawarkan untuk mengecer-ecer wiji secara berbayar, semuanya itu hendaknya segera diakhiri mengingat satu tetes wiji itu sama nilainya dengan 100 tetes darah bagi yang percaya, hendaknya pula energi yg ada disekitar pusar kita di purba diri untuk di alirkan ke atas ubun ubun atau dari cakra pusar ke cakra ubun ubun bukannya malah dialirkan kebawah melalui kemaluan atau mengecer-ecer wiji. didalam kearifan jawa ada istilah titis, tetes, Tetes, titis itu maksudnya tepat sasaran, tetes itu maksudnya menetes, sedangkan tetes yang kedua maksudnya tetas, apabila digabungkan ketiganya bisa ditarik kesimpulan perlu untuk menitis memusatkan pikiran dan hati supaya tetes yg akan ditetas itu menjadi pribadi pilihan, maka tidak heran apabila ahli meditasi itu apabila berhubungan badan jarang sekali ejakulasi karena energi yang biasanya disalurkan kebawah menjadi disalurkan keatas, para ahli meditasi itu hanya akan tetes apabila pada waktu akan membuahi, itupun cuma sedikit atau seperlunya tapi mempunyai kualitas yang unggul. Disisi lain titis tetes tetes itu dimaksudkan menitiskan pada bathin kita untuk melahirkan diri yang berkesadaran tinggi atau berkesadaran rohani, dengan kata lain diri kita yang biasanya berkesadaran jasmani yang penuh ketergantungan duniawi bertransformasi ke kesadaran rohani yang bebas dari polusi dunia, inilah makna hijrah yang sebenarnya.
ga da sa nya ta mempunyai makna gada itu bermakna senjata gada, pada kenyataannya makna filosofi yang terkandung didalamnya adalah apabila kita sudah melakukan titis tetes secara batiniyah maka kita akan mempunyai senjata yang nyata dalam hal untuk menghadapi krisis multidimensi yaitu diri yang sudah meninggalkan dunia sebelum meninggal dunia dan inilah pribadi pilihan
na la pa dha nga mempunyai arti hati yang terang, orang yang sudah sadar rohani itu hatinya terang sebab tiada suatu apapun yang menghalangi hatinya dari pancaran Nur illahi, hati orang yang sudah mempunyai kesadaran rohani bebas dari polusi dunia baik berupa ketergantungan materi maupun sifat keegoisan yang tinggi , suka mengaku-aku sepihak dalam kata lain ego yg sombong tidak mau sujud kepadaNya.
ja wa ha ca ya mempunyai arti apabila hati kita sudah terang benderang karena tiada satupun yg mengotorinya maka "hujan' cahaya maha cahaya Nur illahi akan terjadi dan menyinari setiap pribadi pilihan tersebut untuk dipantulkan ke pribadi yang lain dan juga makhluk disekitarnya dalam bentuk kerja nyata secara ikhlas karena Tuhan bukan karena yang lainnya, perlu diketahui nur Tuhan itu indah tanpa batas, hanya ego kita yang menghalanginya, apabila tidak ada lagi ego di diri kita maka tidak ada lagi yang menghalanginya.
PENUTUP
1. kesimpulan
Filsafat hidup bedasarkan akasara jawa yaitu
Adanya kehidupan manusia yang diciptakan oleh Tuhan YME, yang diutus untuk memelihara alam lingkungan dengan berpedoman pada tuntunan –Nya, sehingga manusia tidak banyak berbuat salah. Pedoman yang diberikan oleh Tuhan YME itu tidak pernah salah sehingga dapat dijadikan sebagai pegangan hidup. Karena didalam diri manusia mempunyai hati nurani yang dapat tergoda oleh berbagai nafsu , maka sering timbul pertentangan dalam dirinya. Oleh karena itu manusia dianjurkan selalu memohon petunjuk kepada Tuhan YME agar senantiasa berada dalam jalan kebenaran. Sebab, pada akhirnya manusia akan menjadi mayat / meninggal ketika sukma atau ruh kita meninggalkan raga/jasmani kita. Sesungguhnya kita tidak akan hidup selamanya dan pada akhirnya akan kembali juga kepada Tuhan YME. Oleh karena itu kita harus senantiasa mempersiapkan bekal untuk menghadap Tuhan YME.
2. Saran .
Disarankan kepada setiap manusia sebagai berikut:
1. Untuk lebih memperkuat iman dan taqwa kita kepada Tuhan YME, dengan menjalankan perintah- Nya dan Larangan- Nya.
2. Manusia sebagai makluk social diharapakan dapat berhubungan yang baik dengan manusia yang lainnya.
3. Manusia senantiasa menjaga kelestarian lingkungan ( baik tumbuhan maupun hewan).
DAFTAR PUSTAKA
Tim Koordinasi Siaran Direktorat Jenderal Kebudayaan.1995.Aneka Ragam Khasanah Budaya Nusantara VI.Jakarta:Departemen Pendidikan dan kebudayaan.
http://alangalangkumitir.wordpress.com/category/aksara-jawa/
http://kanktono.blogspot.com/2009/08/gothak-gathik-gathuk-huruf-jawa.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Hanacaraka
http://vietaoslo.wordpress.com/2009/11/23/filsafat-hidup-berdasarkan-huruf-aksara-jawa/
Karakteristik metodologi penelitian secara jelas akan mewarnai setiap langkah kegiatan dalam pelaksanaan penelitian. Kurangnya pemahaman peneliti terhadap karakteristik metodologi tersebut dapat berakibat terhadap rendahnya kualitas penelitian yang dilakukan. Beberapa karakteristik penelitian kualitatif yang menonjol, antara lain sebagai berikut :
a. Permasalahan Masa Kini
Pada umumnya penelitian kualitatif mengarahkan kegiatannya pada masalah kekinian. Subjek peristiwa yang diteliti bukan masa lampau seperti dalam penelitian sejarah. Dengan demikian penelitian kualitatif bersifat empirik dengan sasaran penelitiannya yang berupa beragam permasalahan yang terjadi di masa kini.
b. Natural Setting
Topik penelitian kualitatif diarahkan pada kondisi asli apa adanya, sesuai dengan di mana, dan kapan subjek penelitian berada. Dengan demikian sasaran penelitian berada dalam posisi kondisi asli seperti apa adanya secara alami tanpa rekayasa penelitian.
c. Bersifat Holistik.
Penelitian Kualitatif memandang berbagai masalah selalu berada dalam kesatuannya tidak terlepas dari kondisi yang lain yang menyatu dalam suatu konteks. Berbagai variable yang dikaji tidak bisa dipahami secara terpisah dari posisi keterkaitanya dalam suatu konteks keseluruhan.
d. Memusatkan pada deskripsi.
Penelitian kualitatif memusatkan pada kegiatan ontologis, sehingga data yang dikumpulkan terutama berupa kata kata, kalimat atau gambar memiliki makna yang lebih nyata daripada sekedar angka atau frekuensi.
e. Analisis induktif.
Penelitian kualitatif menekankan pada analisis induktif. Data yang dikumpulkan bukan dimaksudkan untuk mendukung atau menolak hipotesis penelitian, tetapi abstraksi disusun sebagai kekhususan yang telah terkumpul dan dikelompokkan melalui proses pengumpulan data yang dilakukan secara teliti.
f. Desain penelitian lentur dan terbuka.
Dalam penelitian kualitatif, desain disusun secara lentur dan terbuka disesuaika n dengan kondisi sebenarnya yang dijumpai di lapangan. Penelitian tidak menerima desain yang ditentukan secara apriori karena tidak tepat dalam menghadapi realitas dari berbagai masalah yang sebelumnya tidak diketahui.
g. Peneliti sebagai alat utama penelitian.
Berbagai alat pengumpulan data dapat dimanfaatkan sebagai peralatan penunjang dalam penelitian kualitatif , namun demikian , alat penelitian utamanya tetaplah peneliti sendiri.
h. Purposive Sampling.
Mengingat bahwa penelitian kualitatif tidak ada tujuan untuk melakukan generalisasi, maka penarikan sampel dilakukan dengan teknik cuplikan yang bersifat purposive.
i. Makna sebagai perhatian utama.
Peneliti memusatkan dirinya pada participant perspektive. Dengan demikian dapat dihindari perumusan makna mengenai sesuatu di dlaam konteksnya yang berdasarkan pandangan hanya dari penelitnya sendiri.
j. Bentuk laporan dengan model studi kasus.
laporan penelitian kualitatif cenderung untuk menggunakan model laporan studi kasus, karena lebih sesuai bagi penyajian realitas multiperspektif dengan kekayaan deskripsinya.
Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang terkait pada konteksnya.
Penelitian kualitatif sering disebut dengan study kasus karena bentuk penelitian kualitatif baik penelitian dasar maupun penelitian terapan bersifat kontekstual yang berdasarkan sifat kekhususan dan sama sekali tidak ada pemikiran untuk melakukan generalisasi terhadap konklusi penelitian.
Ciri ciri penelitian study kasus adalah :
peneliti dapat berinteraksi terus menerus dengan isu isu yang menjadi kajian teoritisnya.
peneliti dapat berinteraksi dengan data data yang dikumpulkan.
peneliti dapat menggunakan berbagai sumber bukti dalam penelitian tentang peristiwa yang berkonteks pada kehidupan nyata.
Dalam penelitian study kasus terpancang ( embedded case study ) , disini fokus atau tujuan utama dari penelitian ditentukan terlebih dahulu sebelum peneliti terjun ke lapangan sehingga peneliti tetap terfokus pada masalah yang telah dirumuskan dan penelitian tidak berubah arah sehingga desain asli tetap dengan pertanyaan pertanyaan yang telah dirumuskan pada awal penelitian.
Sedangkan dalam penelitian study kasus tidak terpancang ( grounded reseach ) , fokus atau tujuan utamanya belum ditentukan, disini peneliti melakukan penelitian terlebih dahulu baru menentukan tujuan. Tujuan akan tercapai berdasarkan dengan informasi apa yang diperoleh dilapangan.
Dalam penelitian kualitatif , baik yang berbentuk studi kasus terpancang ( embedded case study ) maupun studi kasus yang tidak terpancang ( grounded reseach ) , kajiannya cenderung untuk mengarah pada analisis hubungan sebab akibat dari beberapa variable berdasarkan apa yang sebenarnya terjadi di lapangan. Selain itu , penelitian kualitatif lebih mementingkan deskripsi proses tentang mengapa dan bagaimana suatu bisa terjadi yang mengarah pada pemahaman makna.
Berdasarkan jumlah kasus yang dikaji penelitian kualitatif dibedakan menjadi 2 yaitu :
Studi kasus tunggal adalah suatu penelitian yang arah sasarannya terpusat pada satu karakteristik saja. Meskipun jumlah lokasinya ada banyak , apabila memiliki karakteristk yang sama maka penelitian tersebut masih disebut dengan penelitian studi kasus tunggal.
Studi kasus ganda adalah suatu penelitian dengan arah sasaran yang terdiri dari beberapa karakteristik yang memiliki perbedaan .
Tujuan Penelitian Kualitatif:
Untuk memahami kondisi suatu konteks dengan mengarahkan pada pendeskipsian secara rinci dan mendalam mengenai protet kondisi dalam suatu konteks yang dialami ( nature setting ), tentang apa yang sebenarnya terjadi menurut apa adanya di lapangan studi.
Wengi iki kowe mesem ngguyu
Weruh bocah bocah nembang dolanan ing plaaran
Wengi kepungkur nangis sesegen
Weruh tumindake durjana nyekel gegaman nggegirisi
Wengi pendhak wengi maneh katon rasa welas asihmu
Weruh wong temen temen nyambut gawe nganti tengahing wengi
Wengi candhake lha kok ? mung anteng meneng nganggo mentheleng
Weruh maneka polah jangkahe manungsa kang saba bengi
Wengi wengi kang sepi kowe kesengsem
Weruh umat sa-alun -alun dzikir pasrah marang Gusti
Wengi kang endah langite padhang kowe durung turu
Weruh wong lanang wadon suka - sukaing jaba tanpa payon
tanpa gedhek
Wengi selawase ora tau kandha ra ana crita
Prasetyamu minangka seksi kang bisu umat bumi
SERAT RENGGANIS
Serat Rengganis adalah salah satu karya sastra Bahasa Jawa Baru .Karya sastra ini berasal dari tradisi jawa – Islam.Karya sastra ini termasuk dalam kelompok teks Surat Menak yang digolongkan dalam sastra jawa Pesisir.Cerita ini pernah popular sekali – ditanah Jawa ,selain itu juga disekitar Sunda , Madura,Bali dan Lombok.Rengganis adalah seorang putri yang cantik jelita .Selama hidupnya Dewi Rengganis mengalami berbagai ujian tetapi pada akhirnya dia hidup bahagia setelah menikah dengan Pangeran Kelan .
SINOPSI
Serat ini menceritakan tentang seorang pendeta yang sedang bertapa dibukit Argapura.Pendeta tersebut dulunya pernah memerintah di kerajaan Jamineran. Beliau mempunyai seorang putri yang cantik jelita yang bernama Dewi Rengganis. Setelah istrinya meninggal pendeta dan putrinya meninggalkan kerajaan .
Selama dipetapaan Dewi Rengganis diasuh oleh ayahnya.Oleh karena Dewi Rengganis putri seorang pendeta maka dari sejak kecil dia sudah suka bertapa dan dia suka makan sari dari bunga – bunga yang menyebabkan dia sakti mandaraguna dan bisa terbang.
Pangeran Kelan yang sering disebut Repatmaja adalah seorang putra dari Amir Hamzah . Beliau sudah menikah dengan Dewi Julusul – Asikin ,akan tetapi beliau tidak mencintainya.Setiap hari Pangeran Kelan kerjanya hanya bertamasya di taman Banjaran Sari.
Pada suatu hari Dewi Rengganis pergi ketaman Banjaran Sari untuk memetik bunga dan memakan sari dari bunga –bunga tersebut .Setelah memakan sari sari bunga biasanya Dewi Rengganis langsung pergi. Pangeran Kelan sering mendapat laporan kalau bunga –bunga ditaman sering hilang.Dan pada akhirnya beliau sendiri yang menangkap si pencuri ini .Ternyata yang mengambil bunga bunga tersebut adalah Dewi Rengganis. Ketika Pangeran Kelan melihat kecantikan Dewi Rengganis,Pangeran langsung jatuh cinta kepadanya. Pangeran Kelan membujuk agar Dewi Rengganis mau untuk dijadikan istri keduanya.Tapi Dewi Rengganis tidak mau.Berkali kali Pangeran Kelan membujuk bujuk Dewi Rengganis dan pada akhirnya Dewi Rengganis mau untuk dijadikan istri keduanya tapi Pangeran Kelan harus mengabulkan satu permintaannya. Permintaan Dewi Rengganis sangat mudah, dia hanya ingin Pangeran Kelan menikah dengan Dewi Kadarmanik putri dari Mukadam.
Dewi Rengganis sering kali pergi ketaman untuk memetik bunga tapi tidak ada seorang pun ada yang tahu akan kedatangannya kecuali Pangeran Kelan sendiri. Jadi setiap Dewi Rengganis pergi ke taman Banjaran Sari Pangeran Kelan selalu menyambutnya sambil mencumbu cumbunya. Melihat tingkah laku pangeran yang aneh itu para dayang dayangnya heran . Dikiranya Pangeran Kelan itu gila .
Semua orang mengira bahwa Pangeran Kelan gila begitu juga istrinya. Dan kabar tersebut telah diketahui Wong Agung yang ada di kerajaan. Setelah mendengar berita tersebut Wong Agung menyuruh Pangeran beserta istrinya untuk pindah dikerajaan ,tapi Pangeran Kelan tidak mau.
Pada suatu hari Dewi Rengganis datang ke taman Banjaran Sari dan mengajak Pangeran Kelan untuk menghadap ayahnya dipertapaan Argapura. Mereka pergi dengan terbang,Pangeran Kelan memegang selendang Dewi Rengganis. Setelah tiba dipertapaan Argapura Pangeran Kelan langsung menghadap pada sang pendeta.
Suasana dikerajaan sangat kacau setelah kepergian Pangeran Kelan yang secara mendadak . Wong Agung menyuruh Umarmaya untuk mencari Pangeran Kelan.Kemudian Umarmaya bertanya kepada seorang pendeta yang bernama Seh Dul Kures.Seh dul kures memberitahu keberadaan Pangeran Kelan tetapi pendeta tersebut melarang Umarmaya untuk menemui Pangeran Kelan. Pendeta menyuruh Umarmaya pergi ke negara Mukadam.Pada saat itu Dewi Kadarmanik sudah menikah dengan Raden Hirman,putra Raja Madajin,akan tetapi sang dewi tidak mencintainya.
Prajurit balatentara di Mukadam itu bukan manusia melainkan arca besi yang dapat digunakan dalam peperangan.Para prajurit prajurit tersebut dipimpin oleh sang Madjusi.Sebelumnya sang Madjusi sudah diberitahu bahwa akan ada pencuri yang datang mengintai yaitu Umarmaya.Oleh sebab itu semuanya disuruh supaya berhati hati.
Setibanya di negara Mukadam Umarmaya memasang perangkap,akan tetapi tingkah laku Umarmaya sudah diketahui oleh sang Madjusi.Akhirnya perangkap sang Umarmaya tidak berhasil malahan dia tertangkap dan dimasukkan kedalam sumur wisa.Dengan tertangkapnya Umarmaya maka semua orang di Mukadam berpesta .
Disaat itu hati dewi Kadarmanik sangat sedih,dia mengharapkan kedatangaan teman serta gurunya yaitu Dewi Rengganis.Pada saat itu Dewi Kadarmanik sudah memeluk agama islam.Tidak lama kemudian Dewi Rengganis beserta Pangeran Kelan datang , Dewi Rengganis masuk kekamar sedangkan Pangeran Kelan ditingggal diluar kamar.
Dewi Kadarmanik menangis ,karena tidak cinta kepada Raden Hirman.Kemudian Dewi Rengganis menghiburnya ,sampai dewi Kadarmanik tertidur.Lalu Dewi Rengganis keluar memanggil Pangeran Kelan .Dewi Rengganis menyuruh Pangeran Kelan masuk kedalam kamar dan tidur disamping Dewi Kadarmanik.Setelah Dewi Kadarmanik terbangun,ia sangat terkejut sekali melihat seorang lelaki tidur disampingnya.Kemudian Pangeran Kelan menjelaskan bahwa dirinya itu sebenarnya adalah Dewi Rengganis. Setelah mendengar perkataan Pangeran Kelan ,Dewi Kadarmanik sedikit reda. Akan tetapi ia masih belum percaya bahwa lelaki yang tidur disampingnya adalah Dewi Rengganis.Pada saat itu Dewi Kadarmanik belum menaruh cinta kepada Pangeran Kelan.Keesokan harinya Dewi Renggnis beserta Pangeran Kelan pulang ke Argapura.
Pada saat itu dipendapa istana,para pembesar masih.Raden Hirman yang dalam keadaan mabuk berat pergi menemui Dewi Kadarmanik ,akan tetapi Dewi Kadarmanik menutup pintu kamarnya dan tidak mau menemui Raden Hirman. Raden Hirman sangat kecewa sekali.
Di dalam kamar Dewi Kadarmanik sangat mengharapkan kedatangan Dewi Rengganis .Dewi Rengganis datang beserta Pangeran Kelan,kemudian Dewi Rengganis menyuruh Pangeran Kelan menemui Dewi Kadarmanik di kamarnya.Dewi Kadarmanik menyangka bahwa Pangeran Kelan adalah Dewi Rengganis yang sedang menjelma menjadi seorang laki-laki.Dewi Kadarmanik beserta Pangeran Kelan layaknya pasangan suami istri,akan tetapi Pangeran Kelan tidak mau merusak kesusilan.Kemudian Pangeran Kelan memutuskan keluar kamar .Tak lama kemudian Dewi Rengganis masuk kedalam kamar ,Dewi Kadarmanik sangat senang sekali karena Dewi Rengganis sudah kembali kewujud semula.Lalu Dewi Rengganis menceritakan semua kejadian yang dialami oleh Dewi Kadarmanik adalah tipu muslihat dari sang dewi agar Dewi Kadarmanik menaruh hati pada Pangeran Kelan. Dewi Rengganis meminta agar Dewi Kadarmanik mau menikah dengan Pangeran Kelan.Pada saat itu juga Raden Hirman datang menemui Dewi Kadarmanik. Raden Hirman meminta agar dewi Kadarmanik mau melayaninya.Akan tetapi Dewi Kadarmanik tidak mau melayani raden Hirman. Dewi Kadarmanik menyuruh Dewi Rengganis untuk menjelma seperti dirinya dan menemui Raden Hirman untuk mengatakan bahwa dia belum siap untuk melayani Sang Raden.Dewi Rengganis yang menjelma menjadi Dewi Kadarmanik keluar menemui Raden Hirman dan mengatakan bahwa dirinya belum siap untuk melayaninya.Akhirnya Raden Hirman pergi dengan hati yang sangat kecewa.Setelah itu Dewi Rengganis masuk kedalam kamar dan merundingkan tentang pernikahan Dewi Kadarmanik dengan Pangeran Kelan.
Di kerajaan,Wong Agung membicarakan tentang hilangnya Pangeran Kelan dan meninggalnya Raden Umarmaya. Setalah mendengar pembicaraan dari Wong Agung maka Raden Maktal menjelaskan panjang lebar mengenai hal tersebut. Lalu Wong Agung mempersiapakan tentara Arab untuk menyerang negeri Mukadam.
Di Mukadam semua orang sangat khawatir dengan kedatangannya Wong Agung.Akan tetapi semuanya sudah dipersiapkan dengan matang oleh para tentara Mukadam.Para tentara Mukadam sudah siap berperang dengan bala tentara Arab.Akhirnya Wong Agung datang juga di negera Mukadam dan pertandingan dimulai juga.Pada saat itu tentara Arab kalah.
Raden Umarmaya yang berada dalam sumur wisa berharap-harap akan mendapatkan pertolongan dari Pangeran Kelan. Akhirnya pertolongan itu datang juga.Ketika Pangeran Kelan,Dewi Rengganis dan Dewi Kadarmanik yang tidak sengaja bercakap cakap di samping sumur wisa mendengar suara minta tolong yang berasal dari sumur tersebut. Lalu mereka melihat kedalam sumur tersebut ternyata didalam sumur mereka melihat Umarmaya dan akhirnya Pangeran Kelan beserta Dewi Rengganis mengeluarkan Umarmaya dari sumur wisa. Pada saat itu Umarmaya terluka parah ,lalu Dewi Rengganis mengobatinya serta mengambilkan kantung ( kasang) yang diikat di ujung ranting pohon.Dikerajaan Wong Agung berharap akan kedatangan Umarmaya karena beliau percaya bahwa sebenarnya umarmaya masih hidup.
Karena berhasil mengalahkan tentara Arab ,Raja Mukadam dan Prabu Nursewan mengadakan pesta besar besaran .Akan tetapi di kerajaan ,Pangeran Kelan,Dewi Rengganis ,Umarmaya dan Wong Agung menyusun rencana untuk membalas dendam ke negara Mukadam.Mereka mempersiapkan pertandingan ini dengan sungguh sungguh,mereka tidak mau kalah lagi.Sebelum pertandingan dimulai Umarmaya beserta Dewi Rengganis pergi ketempatnya sang Madjusi untuk mengambil tempat air hidup yang dimiliki oleh Sang Madjusi.Setelah melihat kecantikan Dewi Rengganis ,Sang Madjusi meminta agar dewi Rengganis mau melayaninya dan kalau Sang Dewi mau melayaninya maka Sang Madjusi mau memberikan tempat air hidup tersebut kepada Dewi Rengganis .Akhirnya Dewi Rengganis mau melayani Sang Madjusi dan Sang Madjusi memberikan tempat air hidup itu kepada Dewi Rengganis. Akan tetapi oleh Umarmaya tempat air hidup itu dipecahkan,dan kekuatan sang Madjusi saat itu juga hilang. Setelah itu Sang Madjusi dimasukkan dalam penjara.
Bala tentara Arab menyerbu bala tentara arca ,binasalah bala tentara arca.Raja Mukadam dan Prabu Nursewan pergi ke kota,dan menyuruh agar pintu perbatasan wilayah ditutup.
Didalam perandingan tersebut seorang putri cina yang bernama Adaninggar meninggal dan Sang Widaninggar akan membalas dendam kepada Pangeran Kelan.
Widaninggar beserta para prajurit perempuan berangkat untuk menyerang ,serta memberi bantuan kepada raja Mukadam.Widaninggar mempunyai seorang guru yang bernama Widaningrum (putri dari Idjadjil) dan dialah yang memberi perlengkapan untuk peperangan.Setelah Widaninggar tiba di Mukadam ,maka semangatnya Prabu Nursewan dan Prabu Mukadam bangkit kembali.Peperangan berkobar lagi,Pangeran Kelan melawan Widaninggar.Hampir – hampir kalah beliau ,akan tetapi beliau ditolong oleh Dewi Rengganis.
Putri Cina tersebut berunding dengan sang Widaningrum tentang cra mengadakan serbuan baru. Disisi lain Pangeran Kelan juga merundingkan siasat perangnya dengan Dewi Rengganis dan Dewi Kadarmanik.Pangeran Kelan tidak menduga bahwa musuhnya adalah prajurit wanita.
Pada malam hari dicurinya kasang Umarmaya oleh Dewi Widaningrum dan diberikannya kepada putri cina .Setalah kasang Umarmaya hilang ,semua orang Arab sangat binggung. Dewi rengganis sanggup mendapatkan kasang itu.
Pada saat pertempuran dimulai lagi,Dewi Rengganis bertanding melawan Dewi Widaninggar dan akhirnya Dewi Widaninggar dapat dikalahkan. Setelah Widaninggar kalah barulah Sang Widaningrum maju melawan Dewi Rengganis.Dalam pertandingan tersebut Dewi Rengganis dapat dikalahkan oleh Widaningrum.Bala tentara Arab juga bertambah rusak. Wong Agung hanya bisa berdoa meminta pertolongan kepada Tuhan.Pertandingan tersebut tidak berakhir disitu saja tetapi masih berlanjut terus .Dewi Rengganis pergi Adjarah untuk meminta bantuan kepada Dewi Kuraisin .Dewi Kuraisin beserta para prajurit jinnya datang menyerbu .Pada akhirnya Sang Widaninggar mati dan Sang Widaningrum diikat lalu dibuang jauh jauh.Prabu Nursewan melarikan diri.
Pada akhirnya ,Dewi Rengganis dan Dewi Kuraisin pergi menghadap Wong Agung. Tentara wanita cina yang jumlahnya 40 orang tersebut akhirnya masuk Islam. Sedangkan kasang Umarmaya juaga sudah dikembalikan pada tempatnya. Raja Mukadampun takluk dan masuk Islam.Dewi Kuraisi kembali ke Adjarah dan Pangeran Kelan jadi menikah dengan Dewi Rengganis dan Dewi Kadarmanik. Adapaun Prabu Nursewan terus melarikan diri ke Nusantara meminta bantuan kepada prabu Kendit Birujung.
KOMENTAR
Diantara cerita – cerita Menak ,Serat Renggnis lah yang dipuji benar oleh para pakar Sastra Jawa Belanda akan keindahannya.Memang demikian halnya,akan tetapi sesungguhnya bagian yang mengisahkan pertemuan Pangeran Kelan dan Dewi Rengganis itu saja yang baik. Dan bagian yang lainnya hanya membosankan karena hanya menceritakan peperangan saja.
Tingkah laku dan tutur kata Dewi Rengganis sangat menarik hati.Itu mencerminkan bahwa sang pengarang dalam membuat Serat Rengganis ini tidak terlalu dibuat buat.Sambutan dewi Rengganis kepada Pangeran Kelan yang begitu manisnya,ibarat jinak jinak merpati,tapi juga mengesalkan hati.Andai kata ditiru oleh pemudi pemudi jaman sekarang itu sangatlah baik.Demikian juga dengan Pangeran Kelan yang menggambarkan seorang pemuda yang baru jatuh cinta dan selalu dipancing pancing sehingga hatinya panas,tetapi tidak gusar,malahan berkobar kobarlah api cintanya.
Dari serat diatas juga terdapat sisi kekurangannya yaitu Serat Rengganis sebagian besar menceritakan tentang peperangan.Didalamnya kebanyakan menceritakan tentang permusuhan ,pertikaian dan tidak ada akhirnya mereka selalu menaruh dendam . Selain itu juga selalu ingin menjatuhkan lawannya dan ingin menang sendiri. Semua itu kalau diterapkan dizaman sekarang ini sangatlah tidak cocok karena untuk menyelesaikan masalah tidak harus diselesaikan dengan kekerasan tetapi harus diselesaikan secara kekeluargaan agar tidak menimbulkan permusuhan dan menaruh dendam pada masing masing orang.
ANALISIS CERKAK KADHUNG DINIYATI
Catur Widyaningrum, Mahasiswi FKIP Bahasa Jawa
UNIVET BANTARA SUKOHARJO
Pendahuluan
Cerkak Kadhung Diniyati ini karya Sumono Sandi Asmaro dan diambil dari Panyebar Semangat No.10 Minggu I MAret 2003
Cerkak ini menceritakan kisah percintaan Danar dengan Yanti ,seorang gadis desa yang terpaksa bekerja menjadi PSK demi mencukupi kebutuhan keluarga.Pak Sukro (ayah Danar) tidak menyetujui hubungan cinta mereka karena beliau beranggapan bahwa jika pernikahan itu sampai terjadi maka akan menjadi aib bagi keluarganya. Pak Sukro berusaha membujuk Danar agar tidak menikah dengan Yanti. Pak sukro tidak ingin memiliki menantu seorang mantan PSK .Tetapi Danar masih tetap kukuh dengan niatnya untuk menikah dengan Yanti.Danar yakin bahwa setelah menikah nanti Yanti akan berubah dan berhenti menjadi PSK. Akhirnya Danar memutuskan keluar dari rumah tanpa sepengetahuan dari kedua orang tuanya. Danar terpaksa meninggalkan rumah demi Yanti. Pak Sukro sangat jengkel sekali terhadap kelauan putranya tapi pada akhirnya Pak Sukro dan Mbok Sukro mendoakan Danar agar kelak pernikahan putranya dapat menemukan kebahagiaan.
Metode dan pendekatan
Dalam penelitian ini, peneliti menganilisis cerkak Kadhung Diniyati menggunakan pendekatan pragmatis. Pendekatan tersebut diartikan sebagai pendekatan yang menitikberatkan pada pembaca dan karya sastra dipandang sebagai karya seni yang berhasil jika berguna bagi publiknya.
Untuk menganalisis cerkak tersebut, peneliti terlebih dulu menganalisis secara struktural. Dalam hal ini peneliti menganalisis unsur intrinsik yang dominan. Setelah itu peneliti menganalisis secara pragmatis.
ANALISI STRUKTURAL
Sebuah cerita merupakan sebuah struktur yang terjalin dari unsur unsur yang sangat erat .Oleh Stanton struktur cerita rekaan dibagi menjadi tema,fakta cerita,dan saran saran sastra. Tema merupakan patokan untuk membangun cerita .Fakta cerita adalah kenyataan kenyataan ,peristiwa peristiwa atau hal yang ada pada cerita.
Fakta ini terdiri atas tiga hal ialah pelaku,alur dan latar atau setting.
1. Tema
Cerkak Kadhung Diniyati ini menampilkan tema,pertentangan antara golongan muda dengan golongan tua dalam menentukan jodoh.
2. Penokohan
Dilihat dari segi fisik ,Tokoh utamanya adalah Danar karena didalam cerkak tersebut hanya menceritakan perselisihan pendapat antara Danar dengan Pak Sukro sehingga Danar dalam cerkak tersebut mempunyai peranan yang sangat penting.
Dilihat dari segi psikologi ,tokoh tokoh yang berwatak bulat adalah Pak Sukro,Mbok Sukro dan Yanti ( Tokoh ini mengalami pergeseran /perubahan tokoh).
Pak Sukro dan Mbok Sukro mulanya berwatak keras memaksakan kehendak mereka melarang dan tidak merestui pernikahan putranya tetapi pada akhirnya hati mereka luluh dengan merestui dan mendoakan putranya agar kelak putranya menemukan kebahagian dalam hidupnya.Danar berwatak datar karena dari awal sampai akhir wataknya masih tetap tidak mengalami perubahan.
3. Latar/ Setting
Dalam cerkak Kadhung Diniyati latar tempatnya tidak begitu jelas, tapi disini penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa latar tempat dari cerkak itu adalah disebuah rumah yang berada di suatu daerah.Waktu kejadian dalam cerkak diatas adalah pada pagi hari yang sangat cerah dan keadaan di sekitarnya masih sepi sunyi.Suasana dalam cerkak tersebut agak menegangkan karena sempat terjadi adu mulut antara Pak Sukro dengan Danar .
ANALISIS SOSIOLOGI
Berdasarkan ciri ciri yang nampak dari cerkak Kadhung diniyati ini maka cerkak ini tergolong dalam aliran realisme formal karena didalamnya mengungkap hubungan antara perseorangan dengan lingkungan hidupnya,dan hasilnya keseluruhannya menunjukkan pola moral/formal
PESAN YANG TERKANDUNG DALAM CERKAK KADHUNG DINIYATI
1. Kita harus patuh dan berbakti kepada orang tua.
2. Sebagai orang tua kita tidak boleh terlalu otoriter dan memaksakan kehendak kepada anak.
3. Kita harus belajar memaafkan kesalahan seseorang karena di dunia ini tidak ada yang sempurna.
4. Dalam mengambil keputusan kita harus tepat dan bijaksana
1
ILMU ALAMIAH DASAR
Ilmu alamiah atau sering disebut ilmu pengetahuan alam (natural science)
merupakan pengetahuan yang mengkaji tentang gejala-gejala dalam alam semesta,
termasuk di muka bumi ini, sehingga terbentuk konsep dan prinsip. IAD hanya
mengkaji konsep-konsep dan prinsip-prinsip dasar yang esensial saja.
A. MANUSIA YANG BERSIFAT UNIK
Ciri-ciri manusia
a. Organ tubuhnya kompleks dan sangat khusus, terutama otaknya
b. Mengadakan metabolisme atau pertukaran zat, (ada yang masuk dan keluar)
c. Memberikan tanggapan terhadap rangsangan dari dalam dan luar
d. Memiliki potensi untuk berkembang biak
e. Tumbuh dan bergerak
f. Berinteraksi dengan lingkungannnya
g. Sampai pada saatnya mengalami kematiian
Manusia adalah makhluk yang lemah dibanding makhluk lain namun dengan
akal budinya dan kemauannya yang sangat kuat maka manusia dapat
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan ilmu pengetahuan dan
teknologi manusia dapat hidup dengan lebih baik lagi. Akal budinya dan kemauannya
yang sangat kuat itulah sifat unik dari manusia.
B. KURIOSITAS ATAU RASA INGIN TAHU DAN AKAL BUDI
Rasa ingin tahu makhluk lain lebih didasarkan oleh naluri (instinct) /idle
curiosity naluri ini didasarkan pada upaya mempertahankan kelestaraian hidup dan
sifatnya tetap sepanjang zaman. Manusia juga mempunyai naluri seperti tumbuhan
dan hewan tetapi ia mempunyai akal budi yang terus berkembang serta rasa ingin
tahu yang tidak terpuaskan.
Sesuatu masalah yang telah dapat dipecahkan maka akan timbul masalah lain yang
menunggu pemecahannya, manusia setelah tahu apanya maka ingin tahu bagimana
dan mengapa.
Contoh : tempat tinggal manusia purba sampai manusia modern, contoh lain seperti
penyakit setelah ditemukan obat suatu penyakit ada penyakit lain lagi yang dicoba
untuk dicari obatnya (HIV AIDS)
C. PERKEMBANGAN ALAM PIKIRAN MANUSIA
Manusia yang mempunyai rasa ingin tahu terhadap rahasia alam mencoba
menjawab dengan menggunakan pengamatan dan penggunaan pengalaman, tetapi
sering upaya itu tidak terjawab secara memuaskan. Pada manusia kuno untuk
memuaskan mereka menjawab sendiri. Misalnya kenapa ada pelangi mereka
membuat jawaban, pelangi adalah selendang bidadari atau kenapa gunung meletus
jawabannya karena yang berkuasa marah. Dari hal ini timbulnya pengetahuan tentang
bidadari dan sesuatu yang berkuasa. Pengetahuan baru itu muncul dari kombinasi
antara pengalaman dan kepercayaan yang disebut mitos. Cerita-cerita mitos disebut
2
legenda. Mitos dapat diterima karena keterbatasan penginderaan, penalaran, dan
hasrat ingin tahu yang harus dipenuhi. Sehubungan dengan dengan kemajuan zaman,
maka lahirlah ilmu pengetahuan dan metode ilmiah.
Puncak pemikiran mitos adalah pada zaman Babilonia yati kira-kira 700-600
SM. Orang Babilonia berpendapat bahwa alam semesta itu sebagai ruangan setengah
bola dengan bumi yang datar sebagai lantainya dan langit dan bintang-bintang
sebagai atapnya. Namun yang menakjubkan mereka telah mengenal bidang ekleptika
sebagai bidang edar matahari dan menetapkan perhitungan satu tahun yaitu satu kali
matahari beredar ketempat semula, yaitu 365,25 hari. Pengetahuan dan ajaran tentang
orang Babilonia setengahnya merupakan dugaan, imajinasi, kepercayaan atau mitos
pengetahuan semacam ini disebut Pseudo science (sains palsu)
Tokoh-tokoh Yunani dan lainnya yang memberikan sumbangan perubahan pemikiran
pada waktu itu adalah :
a. Anaximander, langit yang kita lihat adalah setengah saja, langit dan isinya
beredar mengelilingi bumi ia juga mengajarkan membuat jam dengan tongkat.
b. Anaximenes, (560-520) mengatakan unsur-unsur pembentukan semua benda
adalah air, seperti pendapat Thales. Air merupakan salah satu bentuk benda
bila merenggang menjadi api dan bila memadat menjadi tanah.
c. Herakleitos, (560-470) pengkoreksi pendapat Anaximenes, justru apilah yang
menyebabkan transmutasi, tanpa ada api benda-benda akan seperti apa
adanya.
d. Pythagoras (500 SM) mengatakan unsur semua benda adalah empat : yaitu
tanah, api, udara dan air. Ia juga mengungkapkan dalil Pythagoras C2 = A2 +
B2, sehubungan dengan alam semesta ia mengatakan bahwa bumi adalah bulat
dan seolah-olah benda lain mengitari bumi termasuk matahari.
e. Demokritos (460-370) bila benda dibagi terus, maka pada suatu saat akan
sampai pada bagian terkecil yang disebut Atomos atau atom, istilah atom
tetap dipakai sampai saat ini namun ada perubahan konsep.
f. Empedokles (480-430 SM) menyempurnakan pendapat Pythagoras, ia
memperkenalkan tentang tenaga penyekat atau daya tarik-menarik dan data
tolak-menolak. Kedua tenaga ini dapat mempersatukan atau memisahkan
unsur-unsur.
g. Plato (427-345) yang mempunyai pemikiran yang berbeda dengan orang
sebelumnya, ia mengatakan bahwa keanekaragaman yang tampak ini
sebenarnya hanya suatu duplikat saja dari semua yang kekal dan immatrial.
Seperti serangga yang beranekaragam itu merupakan duplikat yang tidak
sempurna, yang benar adalah idea serangga.
h. Aristoteles merupakan ahli pikir, ia membuat intisari dari ajaran orang
sebelumnya ia membuang ajaran yang tidak masuk akal dan memasukkan
pendapatnya sendiri. Ia mengajarkan unsur dasar alam yang disebut Hule. Zat
ini tergantung kondisi sehingga dapat berwujud tanah, air, udara atau api.
Terjadi transmutasi disebabkan oleh kondisi, dingin, lembah, panas dan
kering. Dalam kondisi lembab hule akan berwujud sebagai api, sedang dalam
kondisi kering ia berwujud tanah. Ia juga mengajarkan bahwa tidak ada ruang
yang hampa, jika ruang itu tidak terisi suatu benda maka ruang itu diisi oleh
3
ether. Aristoteles juga mengajarkan tentang klasifikasi hewan yang ada
dimuka bumi ini.
i. Ptolomeus (127-151) SM, mengatakan bahwa bumi adalah pusat tata surya
(geosentris), berbentuk bulat diam seimbang tanpa tiang penyangga.
j. Avicenna (ibn-Shina abad 11), merupakan ahli dibidang kedokteran, selain itu
ahli lain dari dunia Islam yaitu Al-Biruni seorang ahli ilmu pengetahuan asli
dan komtemporer. Pada abab 9-11 ilmu pengetahuan dan filasafat Yunani
banyak yang diterjemahkan dan dikembangkan dalam bahasa Arab.
Kebudayaan Arab berkembang menjadi kebudayaan Internasional.
D. LAHIRNYA ILMU ALAMIAH
Panca indera akan memberikan tanggapan terhadap semua rangsangan dimana
tanggapan itu menjadi suatu pengalaman. Pengalaman yang diperoleh
terakumulasi oleh karena adanya kuriositas manusia. Pengalaman merupakan
salah satu terbentuknya pengetahuan, yakni kumpulan fakta-fakta. Pengalaman
akan bertambah terus seiring berkembangnya manusia dan mewariskan kepada
generasi-generasi berikutnya. Pertambahan pengetahuan didorong oleh pertama
untuk memuaskan diri, yang bersifat non praktis atau teoritis guna memenuhi
kuriositas dan memahami hakekat alam dan isinya kedua, dorongan praktis yang
memanfaatkan pengetahuan itu untuk meningkatkan taraf hidup yang lebih tinggi.
Dorongan pertama melahirkan Ilmu Pengetahuan Murni (Pure Science) sedang
dorongan kedua menuju Ilmu Pengetahuan Terapan (Aplied Science)
E. KRETERIA ILMIAH
Pengetahuan masuk kategori Ilmu Pengetahuan, bila kriteria berikut dipenuhi
yakni : teratur, sistemastis, berobyek, bermetoda dan berlaku secara universal.
Contoh: 1. logam yang dipanasi memuai, dimana saja tempatnya sama
2. Grafitasi Bumi.
F. METODE ILMIAH DAN IMPLEMENTASINYA
Segala kebenaran dalam ilmu Alamiah terletak pada metode ilmiah. Sebagai
langkah pemecahan atau prosedur ilmiah dapat sebagai berikut :
1. Penginderaan, merupakan suatu aktivitas melihat, mendengar, merasakan,
mengecap terhadap suatu objek tertentu.
2. Masalah dan problema, menemukan masalah dengan kata lain adalah
dengan mengemukakan pertanyaan apa dan bagaimana.
3. Hipotesis, jawaban sementara terhadap pertanyaan yang kita ajukan.
4. Eksperimen, dari sini ilmu alamiah dan non ilmu alamiah dapat dipisahkan.
Contoh dalam gejala alam tentang serangga dengan lampu (sinar biru)
5. Teori, bukti eksperimen merupakan langkah ilmiah berikutnya yaitu teori.
Dengan hasil eksperimen dari beberapa peneliti dan bukti-bukti yang
menunjukkan hasil yang dapat dipercaya dan valid walaupun dengan
keterbatasan tertentu. Maka disusun teori. Dengan teori-teori yang
dikemukakan maka dapat diaplikasikan terhadap kebutuhan manusia seperti
pengusiran serangga atau perangkap nyamuk (terkait dengan teori
pencahayaan.
4
G. KETERBATASAN ILMU ALAMIAH
Untuk itu perlu dilakukan pengujian sampai dimana berlakunya metode ilmiah
dan dimana metode ilmiah tidak berlaku. Untuk itu kita perlu memperhatikan :
Pertama, Bidang ilmu Alamiah, yang menentukan bidang ilmu alamiah adalah
metode ilmiah, karena bidang ilmu alamiah adalah wahana di mana metode
ilmiah dapat diterapkan, sebaliknya bidang non ilmiah adalah wahana dimana
metode ilmiah tidak dapat terapkan. Contoh hipotesa tentang keberadaan tuhan
merupakan konsep yang tidak bisa menggunakan metode ilmiah dan apabila
menggunakan konsep ini bisa menyebabkan orang Atheis.
Kedua, tujuan ilmu Alamiah, membentuk dan menggunakan teori. Ilmu alamiah
hanya dapat mengemukakan bukti kebenaran sementara dengan kata lain untuk
kebenaran sementara adalah "Teori". Karena tidak ada sesuatu yang mutlak tetapi
terus mengalami perubahan (contoh teori tentang bumi ini bulat)
Ketiga. Ilmu alamiah dan nilai, ilmu alamiah tidak menentukan moral atau nilai
suatu keputusan . Manusia pemakain ilmu alamiahlah yang menilai apakah hasil
Ilmu Alamiah baik atau sebaliknya. Contoh penemuan mesiu atau bom atom.
H. FILSAFAT ILMU ALAMIAH
Yang menjadi objek I. A adalah semua materi dalam alam semesta ini. I.A.
meneliti sumber alam yang mengaturnya. Pertanyaan tentang siapa yang
mengatur alam ini merupakan pertanyaan filsafat. Untuk itu ada 3 pandangan
tentang filsafat ilmu alamiah.
Vitalisme, merupakan suatu doktrin yang menyatakan adanya kekuatan diluar
alam. Kekuatan itu melikiki peranan yang esensial mengatur segala sesuatu yang
terjadi di Alam semesta ini. (misalnya Tuhan). pendapat ini ditantang oleh
beberapa orang lain karena dalam ilmu alamiah dikatakan bahwa segala
sesuatunya harus dapat dianalisis secaras eksperimen. Atau harus cocok dengan
metode ilmiah.
Mekanisme, penyebab segala gerakan di alam semesta ini dikarenakan hukum
alam (misalnya fisika atau kimia). Faham ini menganggap bahwa gejala pada
mahluk hidup secara otomatis terjadi hanya berdasar peristiwa fisika –kimia
belaka. Pandangan ini menyamakan gejala pada mahluk hidup dengan gejala
benda tidak hidup sehingga perbedaan hikiki tidak ada. Dengan begitu dapat
menghayutkan manusia ke pandangan materialisme yang selanjutnya kepada
Atheisme.
Agnotisme, untuk menghindari pertentangan vitalisme dan mekanisme maka
aliran ini timbul, dimana aliran ini melepaskan atau tidak memperhatikan sisi dari
sang pencipta. Mereka yang mengkuti aliran ini, hanya mempelajari gejala-gejala
alam saja, aliran ini banyak dianut oleh ilmuwan Barat.
Filsafat Pancasila, paham yang menjembatani dari 2 aliran yang menyatakan
bahwa alam dan hukumnya terjadi karena ciptaan tuhan dan proses selanjutnya
menurut filsafat mekanisme (hukum alam). Hukum alam adalah itu adalah sama
dengan hukum Tuhan.Dapat dilihat dari kehidupan makhluk hidup dari awal
sampai akhir.
5
I. BAHASA ILMU ALAMIAH
Adalah bahasa kesatuan yang utuh sebagai bentuk bahasa ilmu alamiah
merupakan bahasa universal. Contoh : Air (Indonesia), Water(Inggris) bahasa
ilmiahnya H2O
J. KETERBATASAN INDERA MANUSIA
Berdasarkan penelitian terhadap indera, manusia mempunyai kisaran (range)
batas yang sangat terbatas
Penglihatan, terutama terhadap cepat atau lambatnya benda bergerak (riak air
atau kecepatan cahaya, atau penglihatan kita sewaktu naik kereta api yang
disampingnya terdapat pohon.
Pendengaran, manusia mempunyai kemampuan pendengaran dengan kisaran
frekuensinya range 30 - 30.000 Hertz
Pengecapan dan pembauan, manusia selain mempunyai kemampuan tersebut
juga mempunyai keterbatasan pembauan dan pengecapan terhadap benda yang
ada dialam.
Indra kulit, manusia mampu membedakan antara panas dan dingin secara kasar,
namun manusia mempunyai keterbatasan sehingga penginderaan sering
menimbulkan salah kesan dan informasi, seperti perpindahan seseorang dari
ruang panas ke dingin dibanding dengan orang yang berada diruangan yang tidak
begitu panas.
K. PENINGKATAN DAYA PENGINDERAAN
Peningkatan daya indra dapat dilakukan sehingga diperoleh hasil yang tepat dapat
dilakukan dengan :
1. Latihan, contoh pengindraan tentang bau dan bunyi (kualitas minuman
anggur, teh, alat musik)
2. Peningkatan Kewaspadaan, tingkat kewaspadaan sangat dipengaruhi oleh
minat yang menyebabkan kesimpulan berbeda, dapat dilihat pendapat
beberapa orang tentang satu etalase atau laporan dari kecelakaan dari
beberapa orang.
3. Kalibrasi Instrumen (peneraan adalah membandingkan instrumen dengan
standar yang ada.
4. Pengecekan, merupakan hal yang baik untuk menghindari kekeliruan.
5. Eksperimen, penginderaan dalam kondisi yang dikontrol dengan eksperimen
kita mengetahui faktor-faktor apa saja yang sangat mempengaruhi terhadap
suatu perubahan.
6. Penginderaan yang meliputi analisis dan sentesis, pengamatan terhadap
bagian-bagian atau pengamatan secara keseluruhan.
7. Instrumen baru, bisa melakukan pengindraan baru. Seperti lie detector,
Teleskop, satelit dll.
8. Pengukuran, merupakan ketrampilan tersendiri contoh dalam pembuatan
mesin atau arsitektur.
6
L. PEMBAGIAN ILMU PENGETAHUAN
Berdasarkan beberapa argumentasi ilmu pengetahuan dibedakan atas :
a. Ilmu Pengetahuan Sosial, yakni membahas hubungan antar manusia sebagai
makhluk sosial, yang selanjutnya dibagi atas :
1. Psikologi, yang mepelajari proses mental dan tingkah laku
2. Pendidikan, proses latihan yang terarah dan sistematis menuju ke suatu
tujuan
3. Antropologi, mempelajari asal usul dan perkembangan jasmani, sosial,
kebudayaan dan tingkah laku sosial
4. Etnologi, cabang dari studi antropologi yang dilihat dari aspek sistem
sosio-ekonomi dan pewarisan kebudayaan terutama keaslian budaya
5. Sejarah, pencatatan peristiwa-persitiwa yang telah terjadi pada suatu
bangsa. Negara atau individu
6. Ekonomi, yang berhubungan dengan produksi, tukar menukar barang
produksi, pengolahan dalam lingkup rumah tangga, negara atau
perusahaan.
7. Sosiologi, studi tentang tingkah laku sosial, terutama tentang asal usul
organisasi, institusi, perkembangan masyarakat.
b. Ilmu Pengetahuan Alam , yang membahas tentang alam semesta dengan
semua isinya dan selanjutnya terbagi atas:
1. Fisika, mempelajari benda tak hidup dari aspek wujud dengan perubahan
yang bersifat sementara. Seperti : bunyi cahaya, gelombang magnet,
teknik kelistrikan, teknik nuklir
2. Kimia, mempelajari benda hidup dan tak hidup dari aspek sususan materi
dan perubahan yang bersifat tetap. Kimia secara garis besar dibagi kimia
organik (protein, lemak) dan kimia anorganik (NaCl), hasil dari ilmu ini
dapat diciptakan seperti plastik, bahan peledak
3. Biologi, yang mempelajari makhluk hidup dan gejala-gejalanya.
Botani, ilmu yang mempelajari tentang tumbuh-tumbuhan
Zoologi ilmu yang mempelajrai tentang hewan
Morfologi ilmu yang mempelajari tentang struktur luar makhluk hidup
Anatomi suatu studi tentang struktur dalam atau bentuk dalam
mahkhluk hidup
Fisiologi studi tentang fungsi atau faal/organ bagian tubuh makhluk
hidup
Sitologi ilmu yang mempelajari tentang sel secara mendalam
Histologi studi tentang jaringan tubuh atau organ makhluk hidup yang
merupakan serentetan sel sejenis
Palaentologi studi tentang makhluk hidup masa lalu
c. Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa
Studi tentang bumi sebagai salah satu anggota tatasurya, dan ruang angkasa
dengan benda angkasa lainnya.
1. Geologi, yang membahas tentang struktur bumi. (yang bahasannya
meliputi dari ilmu kimia dan fisika) contoh dari ilmu ini petrologi (batubatuan),
vukanologi (gempa bumi), mineralogi (bahan-bahan mineral)
7
2. Astronomi, membahas benda-benda ruang angkasa dalam alam semesta
yang meliputi bintang, planet, satelit da lain-lainnya. Manfaatnya dapat
digunakan dalam navigasi, kalendar dan waktu.
“FOLKLOR LISAN”
KOTA KUDUS
Pengampu:
Drs.Y Suwanto,M.Hum
Disusun Oleh :
Nama : Catur Widyaningrum
NIM : 0850900241
Ekstensi : Juwana
UNIVERSITAS VETERAN BANGUN NUSANTARA SUKOHARJO
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA DAERAH
Jl.Sujono Humardani /Telp (0271)5915 Sukoharjo 57521
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul ” Folklore Lisan
Kota Kudus”.Makalah ini di buat dalam rangka memenuhi tugas yang diberikan oleh
Drs.Y Suwanto, M.Hum,pengampu Mata Kuliah Folklore.
Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan rasa terima kasih yang
tak terhingga terutama kepada :
1.Teman-teman sesama peserta pelatihan yang selalu memberikan semangat dan
dukungan kepada penulis.
2.Serta semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan yang telah membantu
penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini, oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk memperbaiki
makalah ini di masa yang akan datang.
Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat terutama bagi penulis danbagi
pembaca pada umumnya. Akhirnya kepada Allah jugalah semuanya kita kembalikan.
Juwana, Januari 2009
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR ................................ ................................ .......................... ii
DAFTAR ISI................................ ................................ ................................ ......... iii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................ ................................ .................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Berdirinya Kota Kudus ................................ ................................ 3
B. Perkembangan Kota Kudus ................................ ................................ ...... 5
C. Sosial Budaya ................................ ................................ .......................... 6
BAB III MANFAAT ................................ ................................ ............................ 10
BAB IV PENUTUP ................................ ................................ .............................. 11
LAMPIRAN GAMBAR
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (edisi kedua), folklor
didefinisikan sebagai adat-istiadat tradisional dan cerita rakyat yang diwariskan
secara turun- temurun, tetapi tidak dibukukan. Atau, ilmu adat-istiadat tradisional
dan cerita rakyat yang tidak dibukukan.
Indonesia adalah negara kepulauan yang tersebar dari sabang sampai
meureuke. Pantaslah bahwa Indonesia merasa begitu bangga dengan kekayaan
yang ia miliki. Indonesia memiliki banyak suku, bahasa dan budaya. Kebanggan
itu terangkai dalam lirik-lirik lagu yang sering dikumandangkan dibangku
sekolah. Indonesia memiliki lambang negara burung garuda. Garuda merupakan
kegagahan dan kewibawaan bangsa Indonesia dimata dunia. Semboyan yang
berbunyi “Bhineka Tunggal Ika”, merupakan pemersatu dari keberagaman yang
dimiliki Indonesia.
“Kebudayaan Indonesia adalah satu kondisi majemuk karena ia
bermodalkan berbagai kebudayaan lingkungan wilayah yang berkembang menurut
tuntutan sejarahnya sendiri-sendiri. Pengalaman serta kemampuan wilayahwilayah
itu memberikan bentuk, shape, dari kebudayaan itu. Juga proses
sosialisasi yang kemudian dikembangkan dalam kerangka masing-masing kultur
itu memberi warna kepada kepribadian yang muncul dari lingkungan budaya itu.”
(Umar Kayam: “Seni, Tradisi, Masyarakat”; 16)
Kekayaan budaya membuat Indonesia memiliki begitu banyak daya
tarik. Daya tarik tersebut harus diperkenalkan sehingga tiap daerah bisa saling
berinteraksi dan sama-sama merasa bangga. Kebanggaan tersebut tertuang pada
peringatan hari-hari kebesaran seperti Hari Kebangkitan Nasional dan Hari
Kemerdekaan,sehingga kita bisa mengenal tari Saman dari Aceh, dari Kecak dari
Bali, budaya Tana Toraja, Upacara Ngaben di Bali, Angklung di Jabar,
peninggalan candi Borobudur dan peninggalan budaya lainnya.
2
Indonesia memang dikenal sebagai negara yang kaya akan kebudayaan.
Sepertinya, kebudayaan adalah sesuatu yang tak bisa dipisahkan lagi dari bangsa
ini. Kebudayaan hadir sebagai salah satu identitas bangsa. Bangsa yang memiliki
kekhasan dan keunikan tersendiri.
Jika kita bicara masalah folklor, maka tidak akan pernah habisnya.
Indonesia memiliki banyak sekali folklor yang telah berkembang dari dulu hingga
sekarang. Mulai dari upacara adat, perkawinan, legenda, cerita adat, hantu, dan
makanan khas di masing-masing daerah. Tentunya, semua folklor yang
berkembang membuat Indonesia menjadi bangsa yang arif dan berbeda dengan
bangsa lainnya.
Folklore dapat ditemukan pada setiap masyarakat tradisional di belahan
dunia manapun. Hanya bentuknya saja yang berbeda-beda. Hal itu terjadi karena
adanya batas spasial dan temporal. Dua batas itu membuat folklore suatu
masyarakat dengan masyarakat lainnya berbeda. Setiap folklore memiliki ciri khas
masing-masing, meskipun secara garis besar folklore mempunyai satu ciri umum,
yaitu milik bersama. Masyarakat Kudus sejak masa-masa awal kelahirannya
hingga menjadi masyarakat modern seperti sekarang, memiliki folklore-nya
sendiri. Untuk memahami lebih jelas mengenai folklore lisan kota kudus , kapan
berkembangnya, mengapa berkembang, dimana berkembangnya, siapa yang
mengembangkannya, bagaimana bentuk-bentuknya, dan apa kegunaannya, saya
mencoba membuat tulisan yang mengkaji folklore lisan kota kudus . Tulisan saya
ini mengkhususkan kajian pada folklore lisan kota kudus berupa sejarah
berdirinya kota kudus beserta tradisi tradisi yang menjadi ciri khas kota kudus.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah berdirinya Kota Kudus
Kota Kudus, terletak di bagian utara propinsi Jawa tengah, di lereng
Gunung Muria, sekitar 50 km dari Semarang, ibukota Jawa tengah. Kabupaten
Kudus termasuk kabupaten kecil dari segi luasnya, tetapi cukup ramai, dengan
didukung adanya beberapa industri, terutama industri rokok kretek, sehingga
Kudus juga biasa disebut Kota Kretek. Selain itu juga ada industri kertas, textil,
dan elektronika. Kudus juga merupakan kota perdagangan bagi daerah sekitarnya
(karesidenan Pati) dengan adanya pasar yang cukup besar dan 2 buah mal.
Mengenai asal usul nama Kudus menurut dongeng / legenda yang hidup
dikalangan masyarakat setempat ialah, bahwa dahulu Sunan Kudus pernah pergi
naik haji sambil menuntut ilmu di Tanah Arab, kemudian beliau pun mengajar
pula di sana. Pada suatu masa, di Tanah Arab konon berjangkit suatu wabah
penyakit yang membahayakan, penyakit tersebut menjadi reda berkat jasa Sunan
Kudus. Oleh karena itu, seorang amir di sana berkenan untuk memberikan suatu
hadiah kepada beliau, akan tetapi beliau menolak, hanya sebagai kenangkenangan
beliau meminta sebuah batu. Batu tersebut menurut sang amir berasal
dari kota Baitul Makdis atau Jeruzalem (Al Quds), maka sebagai peringatan
kepada kota dimana Ja’far Sodiq hidup serta bertempal tinggal, kemudian
diberikan nama Kudus.
Diversi lain diceritakan bahwa Kudus berasal dari kata Al-Quds, yaitu
Baitul Mukadis, sebuah nama saat tempat itu dinyatakan sebagai tempat suci oleh
Sunan Kudus. Nama sebelumnya adalah Tajug ( Tajug adalah bentuk atap
arsitektur tradisional yang sangat kuno dipakai untuk tujuan keramat ), atau dapat
disebut juga bangunan makam. Dengan demikan kota Tajug dulunya sudah
memilki sifat kekeramatan tertentu.
Lahirnya kota kudus tidak dapat dipisahkan dari nama sesepuh tertua
yang pertama-tama menggarap tempat tersebut, yaitu Kyai Tee Ling Sing. Beliau
adalah mubaligh Islam dari Yunan, yang datang bersama - sama dengan seorang
4
pemahat / pengukir ulung bernama Sun Ging An ( Kemudian menjadi kata kerja
nyungging yang berarti mengukir, daerah ukir mengukir dijaman purbakala ini
kemudian menjadi desa Sunggingan ). Kyai Tee Ling Sing kemudian bersama -
sama dengan pendatang Ja ' far Shodiq ( sunan Kudus ) secara bertahap berhasil
menguasai daerah kudus dan mengembangkanya.
Di kota Kudus terdapat bangunan bersejarah yang mempunyai arti
penting bagi masyarakat setempat .Bangunan itu dikenal dengan sebutan Menara
Kudus. Menara ini merupakan bangunan monumental yang bernilai arkeologis
dan historis tinggi. Dari aspek arkeologis, Menara Kudus merupakan bangunan
kuno hasil akulturasi kebudayaan Hindu-Jawa dan Islam. Menara Kudus dibangun
oleh Syeh Ja’far Shodiq (Sunan Kudus, salah seorang dari Wali Songo) pada
tahun 1685 M yang disimbolkan dalam candrasengkala “Gapuro rusak ewahing
jagad” yang bermakna tahun Jawa 1609 atau 1685 M.
Bentuk konstruksi dan gaya arsitektur Menara Kudus, yang tingginya
sekitar 17 meter, mirip dengan candi-candi Jawa Timur era Majapahit – Singosari
dan juga menyerupai menara Kulkul di Bali, sehingga Menara Kudus menjadi
simbol “Islam Toleran”, dalam arti Sunan Kudus menyebarluaskan agama Islam
di Kudus dengan tetap menghormati pemeluk agama Hindu-Jawa yang dianut
masyarakat setempat. Bentuk fisik Menara Kudus adalah tinggi dan ramping yang
dibangun dengan bahan batu-bata merah yang disusun dan dipasang bertumpukan
tanpa semen perekat.
Bangunan Menara Kudus tidak dapat dipisahkan dengan Masjid Menara
Kudus (Masjid Al-Aqsho) dan Makam Sunan Kudus karena secara geografisfungsional
ketiganya merupakan satu kesatuan yang inherent dengan sejarah
berdirinya Kota Kudus.
Obyek Wisata Ziarah ini setiap hari sangat ramai dikunjungi peziarah
dari berbagai daerah, terutama pada moment Upacara “Buka Luwur”
(Penggantian kain kelambu penutup makam Sunan Kudus) yang dilaksanakan
setiap tanggal 10 Muharrom/Syuro. Peristiwa menarik dalam Upacara Buka
Luwur adalah ketika para pengunjung/peziarah berupaya memperoleh nasi
bungkus selamatan dan kain luwur bekas penutup makam yang konon dipercaya
5
dapat memberikan keberuntungan bagi yang memperolehnya. Selain “Buka
Luwur”, kawasan Menara Kudus juga menjadi pusat keramaian pada saat
“Dhandhangan” yaitu tradisi menyambut datangnya bulan Romadlon / bulan
Puasa.
Di kawasan Menara Kudus, para pengunjung dapat menikmati makanan
khas Kudus, yaitu Soto Kudus dan Jenang Kudus. Sedangkan cinderamata khas
Kudus adalah Kain Bordir Kudus (busana muslimah, kerudung, kebaya, dll.).
B. Perkembangan Kota Kudus.
Dengan bertambahnya usia,daerah Kudus semakin berkembang seperti
daerah lainya.Secara etnis sosiologis perkembangan pemukiman di Kudus dapat
dikelompokkan dalam beberapa daerah diantaranya adalah:
a. Kudus Kulon .
Daerah ini dikenal sebagai kota tertua atau kota kuno sebab daerah ini merupakan
pusat kota pada zaman dulu.Daerah ini meliputi 3 wilayah diantaranya adalah :
1. Pusat Kota Lama , daerah ini terdiri dari 7 desa diantaranya :
•Desa Kauman
• Desa Kerjasan
• Desa Langgar Dalem
• Desa Demangan
• Desa Janggalan
• Desa Damaran
• Desa Kajeksan
2. Daerah Pinggiran Kota,daerah ini terdiri dari 4 desa diantaranya :
• Desa Krandon
• Desa Singocandi
• Desa Purwosari
• Desa Sunggingan
b. Kudus Wetan
Daerah kudus wetan ini terdiri dari 3 daerah yaitu:
6
1. Daerah Cina : di daerah ini sebagian besar penduduknya keturunan
dari cina ( komunitas orang tionghua),meliputi 3 desa yaitu :
• Desa Panjunan
• Desa Kramat
• Desa Wergu Kulon
2. Daerah Priyayi terdiri dari 3 desa yaitu :
• Desa Nganguk
• Desa Glantengan
• Desa Barongan
3. Daerah Abangan terdiri dari 5 desa diantaranya :
• Desa Mlati Kidul
• Desa Mlati Lor
• Desa Mlati Norowito
• Desa Rendeng
• Desa Wergu Wetan
4. Desa - Desa Lainya :
• Desa Demaan
• Desa Burikan
• Desa Kaliputu
C. Sosial Budaya
Melacak Tradisionalisme di Kudus berarti melacak sosial budaya saat ini
dan yang lalu untuk mendapatkan gambaran yang tidak terputus. Dan
tradisionalisme ini jelas adalah kontinuitas pada lingkungan kota lama, yaitu
Kudus Kulon.Priyayi Kudus adalah Aristokrat keturunan Sunan Kudus, yang
diberi gelar oleh pemerintah kolonial dan sebenarnya tidak disenangi oleh
mereka, Umumnya mereka tidak kaya, memilih bekerja sebagai pedagang,
pengrajin, mubaligh dari pada sebagai pegawai negeri. Orientasi budaya adalah
santri.. Sebagian besar orang - orang Kudus Kulon tinggal di rumah - rumah
besar, para generasi lama membangun kekayaan mereka dengan cara hidup
sederhana, bekerja keras, menjadi usahawan yang ulung dan santri yang saleh,
7
agak kurang percaya dengan pendidikan ala barat kecuali pendidikan Islam
tradisional. Pada periode puncak kemakmuran mereka, mereka cenderung
menjadi bangsawan borjuis yang sadar bahwa dengan mereka bertentangan
dengan pegawai priyayi dan elite priyayi.
Selain hal tersebut ,masyarakat kudus juga mempunyai banyak tradisi
,akan tetapi tradisi yang menjadi ciri khas dari masyarakat kudus adalah :
a. Tradisi buka Luwur
Tradisi buka luwur ini merupakan upacara penggantian luwur atau kain
mori yang digunakan untuk membungkus jirat,nisan dan cungkup makam Sunan
Kudus.Tradisi ini biasanya dilaksanakan pada tanggal 10 Muharam .Tradisi ini
sebenarnya acara pemasangan luwur baru,akan tetapi sejak 6 tahun terakhir buka
luwurnya dilakukan pada tiap tanggal 1 Muharam.Puncak acara buka luwur ini
memberikan kesan bagi masyarakat bahwa pada tanggal itulah hari wafatnya
Sunan Kudus. Kesan tersebut timbul karena rangkaian acara pemasangan luwur
selalu ditandai dengan acara tahlilan,yang identik dengan acara haul pada
umumnya.Pada hal sebenarnya tanggal itu bukan tanggal wafatnya Sunan
Kudus.Tanggal wafatnya Sunan Kudus sendiri tidak ada yang mengetahui secara
pasti.Namun ada yang memperkirakan ,Sunan Kudus wafat sekitar tahun 1555
Tu.Dengan begitu ,acara buka luwur sebenarnya merupakan upacara haul yang
dikemas untuk menghindari anggapan masyarakat bahwa tanggal 10 Muharam
adalah tanggal wafatnya Sunan Kudus.
Biasanya pada malam tanggal 10 Muharram digelar tahlil dan pengajian
umum.Puncak acara buka luwur adalah pada tanggal 10 Muharram,yaitu
pemasangan pemasangan luwur baru .Acara Buka Luwur yang berpusat di Tajug
(joglo tempat penerimaan tamu) itu dilakukan dengan beberapa prosesi
,diantaranya adalah pembacaan riwayat Sunan Kudus,Dilanjutkan dengan
pembacaan tasbih bersama sama. Rangkaian prosesi di Tajug ini diakhir dengan
pemasangan luwur baru dan ditutup dengan pembacaan tahlil berikut doanya.Pada
hari yang sama , masyarakat ikut berpesta dengan memperebutkan makanan
8
berupa nasi dan daging yang dibungkus daun jati. Masyarakat bersusah payah
untuk mendapatkan nasi dan daging tersebut,sebab makanan tersebut dianggap
memiliki berkah dan banyak mengandung khasiat dapat menyembuhkan penyakit.
Walaupun hanya mendapatkan sedikit,nasi tersebut biasa disebut dengan “ sego
mbah sunan.Setelah acara penggantian kelambu dan pembagian nasi tersebut
,berakhir sudah upacara Buka Luwur.Akan tetapi setelah penggantian kelambu
tersebut biasanya kain mori/luwur/kelambu tersebut di potong kecil kecil dan
dibagikan kepada masyarakat yang hadir dalam acara tahlilan itu. Masyarakat
berebut untuk mendapatkannya karena masyarakat setempat percaya bahwa kain
mori/luwur Sunan Kudus dapat mendatangkan rizki bila disimpan.Selain itu juga
ada sebagian masyarakat yang percaya bahwa kain mori tersebut dapat dijadikan
jimat untuk melindungi diri dari malapetaka.
b. Tradisi Dandangan
Perayaan tradisi "Dandangan" merupakan sebuah tradisi di kota Kudus
yang diadakan menjelang kedatangan bulan suci Ramadan. Dandangan
merupakan pasar malam yang diadakan di sekitar Menara Kudus, sepanjang jalan
Sunan Kudus, dan meluas ke lokasi-lokasi disekitarnya. Pada tradisi dandangan
ini diperdagangkan beraneka ragam kebutuhan rumah tangga mulai dari peralatan
rumah tangga, pakaian, sepatu, sandal, hiasan keramik sampai dengan mainan
anak-anak serta makanan dan minuman.
Tradisi ini sudah ada sejak 450 tahu yang lalu atau tepatnya zaman Sunan
Kudus (Syeh Jakfar Shodiq, salah satu tokoh penyebar agama Islam di Jawa).
Pada saat itu, setiap menjelang bulan puasa, ratusan santri Sunan Kudus
berkumpul di Masjid Menara menunggu pengumuman dari Sang Guru tentang
awal puasa. Para santri tidak hanya berasal dari Kota Kudus, tetapi juga dari
daerah sekitarnya seperti Kendal, Semarang, Demak, Pati, Jepara, Rembang,
bahkan sampai Tuban, Jawa Timur. Karena banyaknya orang berkumpul, tradisi
dandangan kemudian tidak sekadar mendengarkan informasi resmi dari Masjid
Menara, tetapi juga dimanfaatkan para pedagang untuk berjualan di lokasi itu.
9
Para pedagang itu tidak hanya berasal dari Kudus, tetapi juga dari berbagai
daerah sekitar Kudus, bahkan dari Jawa Barat dan Jawa Timur. Mereka biasanya
berjualan mulai dua minggu sebelum puasa hingga malam hari menjelang puasa.
c. Tradisi Larangan Masyarakat Kudus Kulon untuk penyembelihan sapi
Adanya mitos (baca: kesepahaman) akan larangan masyarakat kudus
Kulon untuk menyembelih sapi, yang sampai sekarang masih berlaku. Dalam
dimensi sejarah, mitos ini berawal dari penyebaran Islam yang dilakukan oleh
sunan Kudus. Pada saat itu, realtitas masyarakat Kudus adalah budaya jawa yang
yang bercorak Hindu. Budaya Hindu punya kepercayaan penskralan terhadap sapi
sebagai hewan yang suci. Untuk menarik simpati, sunan Kudus kemudian
menambatkan sapi di depan masjid. Bukan hanya itu saja, menurut cerita, Sunan
Kudus juga tidak memakan daging sapi. Hal ini kemudian diikuti oleh para
pengikutnya dan murid-muridnya, hingga akhirnya terbangun sebuah tradisi untuk
tidak menyembelih binatang sapi, sebagai penghormatan dan penghargaan
terhadap masyarakat Hindu. Sampai sekarang mitos tersebut masih di percayai
dan di pegang teguh. Menurut masyarakat, bila ada orang Kudus Kulon yang
melanggar pantangan tersebut, maka akan mendapatkan bala’ atau petaka.
Terlepas dari benar tidaknya mitos dan kepercayaan tersebut, yang jelas
ada semacam “ kearifan lokal” yang di lakukan Sunan Kudus, dalam rangka
mewujudkan masyarakat multikultural untuk hidup bersama secara damai. Di sini
kita memahami multikulturalisme bukan sebagai bagian dari dogma agama atau
kepercayaan tertentu, tapi lebih sebagai condition sine quo none, pra sarat untuk
mewujudkan equilibrium masyarakat.
11
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari semua uraian diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa setiap
masyarakat mempunyai sejarah, kebudayaan, kesenian, tradisi, dan adatistiadatnya
masing-masing. Folklore sebagai salah satu kebudayaan dimiliki oleh
setiap masyarakat, termasuk masyarakat Kudus. Folklore berkembang secara lisan
maupun perbuatan. Folklore biasanya disampaikan dari generasi tua kepada
generasi muda. Sementara sejarah berdirinya suatu tempat ( legenda) serta mitos
sebagai bagian dari folklore, merupakan folklore lisan yang disampaikan melalui
tradisi lisan. Semuanya mempunyai arti dan kegunaan yang sangat penting bagi
pembangunan dan pendidikan.
LAMPIRAN GAMBAR
MENARA KUDUS SUNAN KUDUS
Tempat parkir di menara Kudus
Pintu masuk ke Makam Sunan Kudus
Menara kudus dan masjid Al Manar
Makam Sunan kudus dan para peziarah Makam Sunan Kudus
Ritual Buka Luwur Ritual Buka Luwur
DAFTAR PUSTAKA
www.djokosantoso.com
http://pantangpulangsebelumpadam.blogspot.com
http://kelompok-clover.blogspot.com
http://ryanra.wordpress.com
http://belajarsejarahsosial.blogspot.com/
http://www.geocities.com/
http://kudus-city.4t.com/sejarah/s-all.htm
http://kudus-city.4t.com/sejarah/s-all2.htm
http://kudus-city.4t.com/sejarah/s-wali.htm
http://kudus-city.4t.com/sejarah/s-all3.htm
http://kudus-city.4t.com/sejarah/s-all4.htm
http://aspirasi.blogjurnalistikonlain.com/wordpress/wphttp://
images.google.co.id/imgres
http://www.central-java-tourism.com/images/tujuan/sejarah-menarakudus.jpg
http://lh3.ggpht.com/_KU8q7HdkbqU/R7z9k_c_TFI/AAAAAAAAAaY/zSJNMr
gUGyc/makam+sunan+kudus.jpg
http://www.asmakmalaikat.com/images/makam_sunan_muria.jpg
http://farm3.static.flickr.com/2195/2229079543_774d20baa0.jpg?v=0
PERIODISASI SASTRA JAWA MENURUT S. PADMOSOEKOTJO.
Ditulis dalam buku “ Ngengrengan Kasusastraan Djawa II” ( 1956 : 115 – 117 ) yang berjudul “ Asmane Para Pejuang Lan Buku Buku Reriptane “ nama para pujanggga dan buku bukunya seperti yang terdapat dalam kesoessastraan Djawi I terbitan Departement PP dan K .
Periodisasi Sastra jawa karya Padmosiekotjo itu sebagai berikut :
a. Pada zaman hindu ( Sebelum zaman Majapahit )
Nama pujanggga dan hasil karyanya pada periode ini misalnya Resi abiyasa dengan karyanya Mahabarata , empu kanwa dengan karyanya Arjunawiwaha dan Empu Tan Akkung dengan Karyanya Lubdaka.
b. Pada Zaman Majapahit
Nama pujangga pada periode ini misalnya Empu Prapanca dengan karyanya Nagarakertagama dan Empu Tantular dengan Karyanya Sutasoma.
c. Pada Zaman Islam ( Zaman Demak Dan Pajang )
Nama pujangga pada periode ini misalnya Sunan Bonang dengan karyanya Suluk Wijil, Sunan Panggung dengan karyanya Malangsumirang,dan Pangeran Karang gayam dengan Karyanya nitisruti.
d. Pada Zaman Mataram
Nama pujangga pada periode ini misalnya sultan Agung dengan karyanya Sastragending, Pangeran Adilangu dengan karyanya Babad Majahapit , Sunan Pakubuwana V dengan karyanya Serat Centhini , dan R. Ng Renggawarsita dengan karyanya Sabdajati.
e. Pada Zaman Sekarang ( Mulai Abad XX )
Nama pujangga pada periode ini misalnya Ki Padmasusastra dengan karyanya Tatacara, R. M Sulardi dengan karyanya Sera Riyanta, dan M. Sukir dengan karyanya Abimanyu Kerem.